Tuesday 30 October 2012

Impian di Depan Mata

Tadi siang pas lagi online, aku ingat satu hal. Ada satu penerbitan buku yang katanya naskahnya boleh dikirim lewat email. Nama penerbitnya Gredien Mediatama. Kebetulan beberapa waktu lalu aku sempat lihat   buku yang berasal dari penerbit tersebut. Kabarnya buku Shitlicious yang ditulis Allit Susanto juga adalah buku terbitan Gradien Mediatama. Akhirnya aku coba aja kirim lewat email. Satu hal mengejutkan. Tak lama setelah itu aku dapat balasan email. *sedikit kecewa* katanya naskah novelku terlalu pendek. Berdasarkan persyaratan, panjang naskah minimal 45.000 kata, sedangkan punyaku baru 32.000 kata lebih sedikit. Ditolak.

Sebenarnya bukan ditolak sih, cuma emang belum bisa lolos seleksi awal. Katanya aku cuma perlu sedikit merefisi biar panjang naskahnya sampe 45.000 kata. Ya, aku coba deh. Sebenarnya aku udah punya satu naskah yang jumlah katanya lebih dari 45.000 kata, cuma belum selesai. Mungkin aku bakalan pake buku yang itu.

Semangat menulisku berkobar lagi. Berdo'a untuk ke depannya. Semoga keinginan untuk jadi penulis bisa terwujud.

Libur Telah Tiba...

Lama nggak nengokin blog. Jadi banyak sarang laba-laba nih. Ya, biasanya sesibuk-sibuknya aku pasti sempat buka blog. Cuma berhubung koneksinya akhir-akhir ini rada kacau, akhirnya aku nggak bisa buka blog. Males banget kalau harus nunggu berjam-jam sekedar buat mbuka beranda blog. Ya, akhirnya terpaksa blog ini dianggurkan selama beberapa hari.

Beruntung banget bisa dapat hari libur. Ya, walaupun hari liburku melenceng satu haru. But it's Ok! Seenggaknya aku punya waktu yang sama seperti saat aku libur hari senin. Menyenangkan. Aku punya banyak rencana hari ini. Yang pertama pengin pergi ke salon buat potong rambut. Udah nggak nyaman sama rambut panjang yang modelnya nggak karuan kaya gini. Setelah itu aku pergi ke perpustakaan daerah. Dari dulu mau gabung jadi anggotanya nggak sempat. Ya maklum, persyaratannya lumayan ribet. Mesti minta stempel dari kelurahan juga.

Habis itu aku pengin nyari buku yang bagus. Ya, walaupun kemari-kemarin aku habis beli satu novel - dan aku belum sepat baca tapi udah terlanjur dipinjam teman. No problem.

Berdo'a saja kalau hari ini semuanya akan berjalan lancar. Setidaknya aku juga punya rencana mau bikin bakso. Soalnya beberapa kilo daging sapi yang ibuku dapat dari hari raya idul adha di hari jum'at kemarin dibuat jadi bakso. Lumayan lahhh... Kalau biasanya harus nguras dompet 5 atau 6 ribu buat semangkuk bakso, nanti aku bisa makan sepuasnya. Dan gratis.

Let's enjoy my holiday ...

Thursday 25 October 2012

Lagi dan Lagi


Aku bukan orang yang suka mematahkan hati orang lain. Jadi aku peringatkan lagi. Semua yang aku lakukan semata-mata untuk menghindari orang lain berharap lebih. Bukannya terlalu pede, tapi aku memang tidak nyaman dengan sikap seperti itu. Sok akrab, sok perhatian dan sebagainya. Aku menyukai sesuatu yang biasa-biasa saja. Berbicara seperti biasa, membicarakan hal-hal yang umum untuk dibicarakan bersama orang banyak.

Tapi, semua yang kau lakukan itu membuatku tertekan. Mungkin saja aku salah saat berfikir kau menginginkan lebih dari itu, tapi aku sungguh merasa kurang suka dengan sikapmu. Aku tidak butuh perhatian seperti itu. Kalimat-kalimat sok perhatian seperti itu, aku tidak suka. Bersikaplah sewajarnya. Karena hal yang wajar wajar saja membuatku merasa lebih nyaman.

Aku tidak akan membuka hati untukmu, untuk siapapun saat ini. Karena pada dasarnya aku belum berkeinginan untuk menjalin suatu ikatan yang aku sendiri tidak mengerti artinya. Aku tidak tahu apa itu pacaran, apa yang dilakukan orang pacaran, apa yang diobrolkan orang orang yang sedang berpacaran. Aku tidak tahu tentang semua itu, dan aku belum ingin mengetahuinya. Aku masih menikmati masa-masa seperti ini, bersamaan dengan keinginan di dalam hatiku untuk kembali ke masa lalu, masa kecilku yang selalu terasa lebih menyenangkan.

Aku lebih membutuhkan kasih sayang dari orang orang di sekitarku, keluargaku, teman-teman, sahabatku yang selalu membuatku merasa nyaman saat bersama mereka, karena mereka memperlakukan aku sebagaimana seharusnya. Mereka memberikan perhatian dengan kadar yang aku butuhkan. Aku tidak membutuhkan perhatian yang terlalu berlebihan seperti itu.

Sementara di sini aku menutup hati untuk semua orang, aku tengah menunggu seseorang yang begitu lama tak datang. Seseorang yang lama tak aku jumpai. Aku, begitu menyukai seseorang akan sulit untuk melupakannya. Hingga saat ini, aku masih menunggu dia datang. Pintu hatiku hanya satu. Terbuka untuknya, tapi dia tak datang juga. Mungkin saatnya bagiku untuk menutup pintu itu. Menyimpan kuncinya di dalam hati  nurani, membiarkannya untuk menuntunku menuju seseorang yang paling tepat.

Tuesday 9 October 2012

Kecewa...


Kenapa sekarang beberapa bagian hidupku berubah? Seseorang yang dulu pernah menjadi bagian dari hari-hariku kini telah melupakan aku dan yang lainnya. Menyakitkan. Mungkin sekarang dia tidak membutuhkan aku dan yang lainnya, jadi dia memutuskan untuk tidak peduli lagi bahwa dia pernah menjadi bagian dariku.

Aku hanya mengatakan apa yang juga aku rasakan. Dan ternyata beberapa temanku juga merasa begitu. Dia berubah, seolah-olah tidak pernah mengenalku dan yang lain. Begitukah? Ya, mungkin itu alasan kenapa aku tidak mendapat keberhasilan dengan jalan yang sama seperti dia. Allah tidak menginginkanku untuk melupakan teman-teman seperjuangan yang telah berusaha bersama-sama sejak awal.

Aku senang saat teman-temanku mencapai keberhasilan, karena mungkin saja keberhasilan mereka juga akan membuka jalan untukku dan yang lain. Tapi, kenapa justru seperti ini? Keberhasilan membuatnya melupakan aku. Aku tidak mengharap banyak. Aku juga tidak dapat berteori di hadapannya, karena itu bukanlah sesuatu yang bisa aku paksakan.

Terimakasih saja untuk semua yang pernah dia bagikan untukku, untuk teman-temanku yang juga adalah teman-temanmu. Sekarang, di saat dia telah meninggalkan aku dan beberapa orang yang sama sepertiku, aku dan yang lain akan mencari jalan sendiri. mencari jalan yang mungkin akan membuat kami menjadi pribadi yang lebih baik. 

Berharap, semoga do'a orang-orang yang menyayangiku dan teman-temanku akan mengantarkan langkah ini ke arah yang benar. Semoga dengan segenap ketulusan dan usaha yang terus kami lakukan akan menjadikan kami sebagai orang-orang yang bisa membawa kebaikan bagi sesama.

Aku ingin bisa menjadi pribadi yang maju, optimis memandang masa depan. Tetapi sesekali aku juga akan menoleh ke belakang, memastikan bahwa teman-temanku juga akan maju bersama-sama. Karena kebersamaan itu membuat kita tidak kesepian. Aku mungkin tidak boleh selamanya bergantung pada orang lain, tapi bagaimanapun juga aku tidak akan bisa melakukan semuanya sendiri. Karena aku akan selalu membutuhkan motivasi dan dorongan dari kalian semua, wahal sobat....

Sunday 7 October 2012

Back to Writing


Mungkin ini adalah saatnya untukku memutuskan apa yang harus aku ambil ke depan. Aku ingin tetap tinggal di sini, tapi aku ingin bisa mencapai sesuatu yang mungkin berarti dan bisa membantuku serta orang-orang di sekitarku.

Aku ingin membulatkan tekadku untuk menjadi seorang penulis. Kelihatannya itu hal yang menyenangkan. Aku suka menulis, dan aku punya khayalan yang bisa di bilang cukup tinggi. Aku harus memulainya dari sekarang. Di tempat kerja, terkadang aku memiliki waktu luang, jadi akan aku gunakan untuk menyelesaikan novel yang sudah melewati masa deadline itu. Aku harus meyakinkan diri. Itu tidak mudah, terlalu banyak hal yang membuat perasaanku bad mood dan apa yang aku tulis menjadi kacau.

Sekarang aku memiliki kesempatan untuk mengirim salah satu ceritaku ke redaksi Gagas Media. Aku juga mendapat kabar bahwa penerbitan buku Bentang sedang membuka lowongan untuk penulis. Dengan mengirimkan salah satu cerpen yang kita buat sendiri, sangat memungkinkan untuk bisa menjadi bagian dari penerbit tersebut, dan aku akan mencobanya.

Aku merasa nyaman saat sedang menulis, walaupun terkadang aku kehabisan akal. Terkadang aku bingung, apa yang harus aku tulis? Sebenarnya ada begitu banyak ide di dalam otakku, tapi aku sedikit kesulitan untuk mengungkapkannya. Berekspresi itu tidak mudah. Tapi aku merasa tertantang untuk melakukannya. Semakin banyak hal yang membuatku kesulitan, semakin aku merasa tertantang. Aku ingin bisa menaklukan semuanya. Setidaknya, aku ingin menaklukan rasa malas yang sering menghinggapiku.

Ayolaaahhh....! Aku suka menulis dan aku bisa menulis. Tapi kenapa rasanya ada sesuatu yang menghambatku? Aku sendiri tidak tahu. Bagaimana aku akan menyingkirkan penghalangku kalau aku sendiri tidak tahu apa yang menjadi penghalang? Memahami apa yang menimpa diri sendiri kadang lebih sulit. Aku tidak tahu harus bagaimana. Dan tidak ada yang bisa menolongku. aku sedih. Aku bingung. Aku butuh orang yang bisa menjadi teman bicaraku. Aku ingin apa yang aku harapkan bisa tercapai. 

Saturday 6 October 2012

I Want to Stay

Seperti biasanya, di hari Sabtu aku selalu pulang kerja lebih awal. Menyenangkan rasanya, jadi punya waktu lebih banyak untuk berkumpul bersama keluarga. Bagaimanapun juga mereka adalah orang-orang yang selalu ada untukku. Ya, semoga mereka akan selalu ada untukku.

Ada satu hal yang membuatku senang hari ini. Akhirnya, saat yang ditunggu-tunggu tiba juga, hari ini gerimis turun. Itu cukup, walaupun aku berharap akan ada hujan dalam waktu dekat. Setidaknya hujan--atau mungkin gerimis bisa membuat suasana lebih sejuk dan menenangkan. Terkadang cuaca yang terlalu menyengat membuat emosi begitu labil.

Hari ini aku makan mie ayam bersama keluargaku. Sekarang aku yang bayar, anggap saja ini ucapan syukur dariku. Walaupun uang yang aku miliki tidak seberapa, tapi hal itu bisa membuat orantuaku senang. Aku juga ikut senang bisa melihat orangtuaku memakan makanan hasil kerjaku sendiri.

Tapi, barusan aku mendapat kabar dari temanku, Ida, katanya dia akan pergi ke Jakarta. Jujur saja, aku belum siap untuk meninggalkan keluargaku. Aku masih ingin tinggal di sini. Saat Ida mengatakan dirinya akan pergi ke Jakarta, saat itu juga aku merasa sedih. Akankah aku sendirian di sini? Yang lain sudah terlanjur meninggalkanku. Ya, setiap orang punya jalannya masing-masing. Aku ingin terus bersama-sama, karena kami memang bersama-sama sejak awal. Tapi, tidak mungkin aku mencegahnya. Itu jalan yang ingin dia ambil.

Ada banyak alasan yang membuatku tak siap meninggalkan rumah. Yang pertama, tentu saja karena aku tidak tega meninggalkan ibuku. Siapa yang akan membantunya mengerjakan pekerjaan rumah? Mungkin aku tidak banyak membantu, tapi setidaknya aku bisa sedikit meringankan pekerjaan ibuku. Alasan yang kedua, karena aku belum siap untuk semua kemungkinan yang akan terjadi nanti. Bagaimana kalau aku ingin pulang? Bagaimana kalau aku rindu dengan keluarga di rumah?

Aku sendiri bingung dengan diriku. Apakah dengan pola pikir yang seperti ini aku akan bisa berkembang? Entahlah. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku masih memilih jalan untuk ke depan. Dan apapun jalan yang kau ambil, aku akan selalu mendo'akanmu, temanku...

4th October 2012

Akhir-akhir ini kesabaranku dan teman-teman kerja memang sedang diuji. Ada ada saja hal yang bikin kita jadi bad mood. Bahkan waktu hari kamis aku sampai menangis di tempat kerja. Jujur aja, waktu itu aku lagi bingung, kaget plus kesal. Gimana enggak?! Ada seorang pelanggan yang permintaannya itu ribet banget, udah kaya gitu dia nggak sabaran lagi. Pak, tangan saya itu cuma dua, saya bukan Tuhan yang tinggal bilang "kun fayakun" terus semuanya jadi. Lagian waktu itu lagi banyak pelanggan, mau nggak mau aku juga harus bantuin yang lain. Eh, itu bapak-bapak malah bilang "Mba, itu yang dikerjain punya saja saja dong. Yang lainnya biar teman-teman mba yang ngerjain."

Halllooooo....?! Liat pelanggan yang bijibun kaya gitu, masa aku mau ngelimpahin semuanya saman teman-teman? Nggak adil banget dong, selama aku bisa bantu, ya aku akan bantu. Lagian waktu itu aku lagi nungguin ngeprintnya selesai, jadi aku bisa ngerjain yang lainnya dulu. Tapi itu bapak-bapak bener-bener bikin dongkol. Aku malah dibentak-bentak, temanku yang lainnya juga dimarahi sama bapak-bapak itu. Spontan aku langsung nangis, cuma aku berusaha nahan, malu juga kalau ketahuan nangis. Tapi beneran deh, waktu itu suasana hati lagi kacau, semua kerjaan berantakan.

Nggak cuma sampe di situ. Malamnya ada seorang bapak-bapak yang minta diketikin surat. Waktu itu jam 19.30, saatnya tutup hampir tiba. Trus bapak-bapak itu bilang "Mba, ketikin surat ini ya, trus di print di kertas ini. Saya tunggu, katanya di sini pengetikan kilat."

WHAT???!!! Surat yang panjang-panjang kaya gitu minta diketikin dalam waktu 10 menit? Gila lo ya?! Akhirnya aku jawab terus terang, "Di sini memang ada pengetikan, tapi kalau panjang kaya gitu nggak bisa selesai dalam waktu yang cepat. Kalau ngambilnya besok mungkin bisa."

Tiba-tiba itu Bapak langsung marah-marah, "Itu tulisan di depan bohong. Copot aja!"

Ihhhhh!!!!!! Nyebelin banget pokoknya. Ya, lihat sisi positifnya aja. Anggap semua ini sebagai ujian. Ya, ujian...

Monday 1 October 2012

1st October

Beberapa hari terakhir ini kesabaranku benar-benar diuji. Bagaimana tidak? Di tempat kerja, hampir semua pelanggannya sangat rewel. Permintaan mereka aneh-aneh. Yang paling nyebelin lagi kalau ada yang minta dieditin foto, gonta-ganti background, bingkai, kontras, pewarnaan, pokoknya macem-macem, habis itu malah nggak jadih. Hiiihhh!!! Pengin banget aku lembar itu monitor. 

"Sabaaaarrrr......" sambil ngelus dada aku menyemangati diri sendiri. Nggak mungkin juga kalau aku lempar mouse atau monitor itu. Bagaimana pun juga pelanggan adalah raja. Ya, begitulah kata pepatah.

Setiap hari aku tersengat listrik. Hal itu sulit untuk dihindari, karena memang pekerjaanku berkaitan dengan hal-hal seperti itu. Tak jarang saat menghubungkan kabel data dengan kamera aku tersengat listrik. Aku takut dengan hal itu. Tapi tidak bisa dihindari.

Kecelakaan kerja lainnya yang mungkin terjadi adalah terkena pisau cutter. Seperti yang barusan terjadi tadi. Agil, saat sedang memotong kertas dengan cutter, tanpa sengaja cutter itu mengenai tangannya. Darah lansung keluar begitu banyak. Pemandangan yang benar-benar membuatku merinding dan pusing. Aku selalu takut saat melihat darah segar yang keluar begitu banyak.

Ini adalah tanggal 1 Oktober, tapi kesabaranku benar-benar diuji sampai ingin meledak rasanya. Sabarrrr, sabarrr... Sedari tadi aku terus mengelus dada. Ini latihan menahan emosi. Jangan sampai kalah dengan emosi yang sulit diatur. Sekarang bukan aku yang diatur emosi, tapi emosi yang akan aku atur...