Saturday 27 December 2014

Serunya Jumbara PMR XII Kab. Tegal


Tanggal 21 November 2014 lalu Regu PMR Madya SMP Negeri 1 Slawi mengikuti kegiatan Jumbara yang diadakan setiap tahun. Kebetulan tahun ini saya ditawari untuk ikut kegiatan tersebut. Tempatnya di Bumijawa, daerah dataran tinggi di wilayah kaki Gunung Slamet Kabupaten Tegal. Saya langsung meng-iyakan untuk ikut kegiatan tersebut. Tapi sayang sekali, karena pas hari ini sepupu saya menikah, akhirnya saya tidak bisa ke sana. 

Barulah pada hari senin sore, saya bersama salah satu teman kerja di sekolah berangkat menyusul ke perkemahan. Cuaca memang kurang bersahabat menjelang akhir tahun. Sebentar cerah, sebentar mendung. Hujan, berhenti, hujan, berhenti. Seperti itu terus. Dan di perjalanan pun ternyata gerimis turun cukup deras. Ditambah dengan angin yang cukup kencang, udara terasa semakin dingin.

Alangkah kagetnya begitu saya tiba di sana. Tenda-tenda sudah tergenang air hujan, mirip seperti sawah yang baru diairi. Bahkan beberapa tenda dari sekolah lain sudah ambruk rata dengan tanah mirip habis ada bencana puting beliung. Ternyata siang tadi di sini hujan deras sekali. Air dari dataran yang lebih tinggi turun ke bawah, kebetulan tenda SMP N 1 Slawi berada di lokasi yang permukaan tanahnya lebih rendah. Alhasil semua siswa tidak bisa tinggal di dalam tenda. Untungnya pembina PMR sudah mengantisipasi dengan menyewa salah satu rumah penduduk sekitar kalau ternyata kejadian seperti ini benar terjadi.


Sementara siswa-siswa tidur di rumah penduduk, saya bersama pembina PMR dan tiga teman lainnya memilih untuk tetap tinggal di tenda. Tentu saja harus membersihkannya lebih dulu dari genangan air yang lumayan untuk memelihara ikan kecil. Setelah tenda dibersihkan, kemudian terpal bagian bawah dilapisi dengan terpal kering yang lain dan jas hujan. Akhirnya tenda bisa kembali dihuni.

Ternyata hampir semua peserta Jumbara tidak tinggal di tenda. Ya, memang tidak memungkinkan nampaknya. Udara juga semakin dingin, namun beruntung masih ada kayu yang bisa dibakar untuk membuat suasana lebih hangat. Ditemani semangkuk mie dan secangkir teh panas. Itu malah paling menyenangkan. Ditambah lagi dengan langin yang nampak semakin cerah dari bintang-bintang yang nampak.

Keesokan paginya pemandangan Gunung Slamet begitu memukau. Gunung yang biasanya hanya terlihat bagian puncaknya dari kejauhan kini nampak begitu dekat. Asap dari kawah yang berstatus siaga juga terlihat indah ketika ditimpa cahaya matahari pagi. Sayang sekali momen indah itu tidak bisa diabadikan karena HP yang batrenya sudah habis. Mungkin lain kali kalau ada kesempatan tidak boleh disia-siakan.



Kegiatan masih berlanjut sampai akhirnya upacara penutupan yang disertai pengumuman juara. Alhamdulillah, regu dari SMP Negeri 1 Slawi berhasil menjadi juara umum pada kegiatan tersebut. Ya, prestasi itu masih bisa dipertahankan dan akan terus dipertahankan. Meski diiringi gerimis yang semakin deras, tapi prestasi yang diperoleh tidak menyurutkan semangat semuanya. Dengan rasa bangga, kami pulang dengan piala dan medali kejuaraan.

Friday 5 December 2014

(Masih) Mencari Arti

Aku tak terlalu cerdas. Nilaiku di sekolah hanya antara tujuh sampai delapan. Aku tak berprestasi dan aku tidak terlalu bodoh juga. Aku bukan anak yang sangat baik atau ramah, aku juga bukan anak yang suka membuat ulah. Aku tak terlalu tinggi, tidak juga pendek. Kulitku tak putih, tapi juga tidak bisa dibilang hitam.

Semua hal yang melekat padaku membuatku seperti sosok transparan yang tidak akan dilihat oleh orang lain. Mungkin jika aku sangat pintar atau sangat bodoh, jika aku sangat baik hati atau sangat nakal, atau jika aku adalah perempuan paling cantik atau paling jelek, mungkin orang akan menyempatkan diri untuk melihat ke arahku dan berkomentar tentang diriku. Tapi kenyataannya tidak. Aku hanyalah sebatas sosok yang mungkin bisa melihat dunia, tetapi dunia tak dapat melihatku.

Banyak hal yang aku sukai. Aku suka bermain basket, tapi aku tak pernah menjadi bintang lapangan karena cara bermainku yang tanpa teknik. Bahkan semua bola yang masuk ke dalam ring adalah karena kebetulah semata. Aku suka bermain voli, tapi aku tak bisa melambungkan atau menerima bola dengan baik. Bahkan tanganku akan memar berhari-hari karenanya.

Aku mencoba melakukan atau menciptakan sesuatu yang aku harap bisa membuatku menjadi sesuatu. Tapi aku terlalu mudah jenuh untuk menghadapi segala persoalan yang ada. Aku berlari kesana kemari, mencoba mencari sesuatu yang membuatku nyaman. Mudah saja bagiku untuk menemukan kenyamanan tersebut, tapi itu tak bertahan lama. Dan aku pun kembali berlari mencari tempat yang mungkin akan layak untuk aku singgahi.

Terlepas dari semua itu, aku sering merasa tersakiti oleh perasaan yang tak tersampaikan. Aku mulai merasa bahwa dunia ini begitu kejam padaku. Aku memiliki banyak teman, namun aku tak mau mereka terlalu jauh masuk ke dalam persoalan hidupku. Aku hanya tak ingin membebani orang lain.

Hingga kini aku masih terus berjalan. Bahkan aku tak tahu kemana aku harus pergi. Mana jalan yang harus aku pijak. Aku hanya berharap bahwa aku punya cukup waktu untuk menjawab semua pertanyaan yang timbul begitu saja. Aku terkadang merasa lelah dengan semua ini. Bahkan aku mulai merasa bahwa dunia ini hanyalah seperti kardus kosong yang mengurungku di dalamnya. Gelap, pengap dan menyesakkan.

Adakah seseorang yang akan membawaku keluar dari dunia yang penuh sekat ini? Adakah?


Thursday 27 November 2014

Pelatihan Sinematografi (25 s.d 27 November 2014 - BAPPEDA Kab. Tegal)

"I'm in the box."

Itu adalah satu kalimat yang menggambarkan bagaimana terikatnya diriku dengan segala hal. Waktu, tempat, dimensi, ruang dan kreatifitas. Seperti ada tembok yang menjulang tinggi mengelilingiku, menghalangi pandanganku dari apa-apa yang ada di luar sana. Terkadang aku ingin merobohkan tembok tersebut, tapi tak bisa. Terkadang kupikir untuk membuat jendela saja, tapi aku juga tak mampu melakukannya. Dan aku terus terkurung di dalam ruang penuh sekat yang semakin hari semakin menghimpit. Menyesakkan nafas dan memaksaku untuk mau melakukan apa saja agar bisa bernafas.

Andai aku adalah seekor burung, aku mungkin bisa mengepakkan sayap. Berusaha sekuat tenaga untuk membawa diri ini melewati pembatas hidupku dari dunia yang mungkin lebih baik dibandingkan berada di dalam ruang yang pengap. 

Andai adai itu pasti hanya akan menjadi andai jika aku tetap diam meringkuk. Aku mungkin putus asa, tapi dalam diam ini aku mencoba membuat tangga untuk mendaki tembok yang bagai tak berujung. Setidaknya dari tempat ini aku masih bisa melihat langit saat menengadahkan kepala, dan saat itulah aku tahu bahwa aku masih punya harapan untuk bisa bangun dan melihat dunia di luar sana.

Kemudian datang satu kesempatan. Aku duduk di tengah-tengah orang yang hidup tanpa terikat oleh apapun, kecuali takdir. Tak ada waktu yang mengikat mereka, tak ada tempat dan ruang yang membatasi, dan kreatifitas mereka terus mengalir deras bagai sungai di musim hujan. Kulihat wajah-wajah itu dengan seksama. Mata mereka selalu nampak berbinar. Mereka bisa membuat orang-orang di sekitarnya merasa nyaman walaupun mereka tak berusaha untuk melakukan hal tersebut. Mereka bisa membuat orang lain tertawa, gembira, padahal mereka hanya berusaha untuk menjadi diri sendiri. Bisa terbayang bagaimana indahnya kehidupan yang dijalani.

Aku ingin seperti mereka. Para pakar perfilman yang selalu berdiri di tempat yang mereka inginkan. Mereka yang selalu berjalan kemana kaki mereka ingin melangkah. Tak ada tembok di sekeliling mereka. Mata mereka bisa memandang jauh ke depan. Mereka bisa menoleh ke samping, bahkan berbalik ke belakang. Mereka bisa menemukan sebuah cerita dari setiap sisi yang dilihat mata. Dan yang paling aku sukai adalah, karena mereka mencoba untuk membantu orang-orang sepertiku agar bangun dari mimpi panjang selama berada di dalam ruang hampa udara.

"OUT OF THE BOX!"

"Be NON LINEAR"

Kalimat-kalimat itu semakin meyakinkan bahwa hidup itu bukan tentang melakukan apa yang orang lain lakukan, tetapi melakukan apa yang perlu kita lakukan. Jika waktu selalu membatasimu langkahmu, maka terjanglah ia. Jika ruang dan dimensi menghalau pandanganmu, maka robohkanlah. Carilah cermin dimana kita bisa menatap. Agar kita tahu apa yang sebenarnya kita inginkan.

Out of the box bukan berarti out of atitude. So, jadilah pribadi yang non linear namun tetap berbudaya.

Salam Film Indonesia!!!

Tepuk tangan untuk Mr. Heru S Sudjarwo

Friday 7 November 2014

No Gravity

Rasanya penat...
Jenuh dengan segala rutinitas. Melakukan hal yang sama sepanjang waktu setiap hari. Rasanya seperti ingin lari saja. Pergi ke tempat yang mungkin tak pernah aku lihat sebelumnya dan belum pernah dilihat oleh orang lain.
Aku ingin pergi, menghilang.
Seperti air yang menguap, seperti debu yang tertiup angin. Terbang. Aku ingin menjelajah angkasa. Melayang di tengah-tengah ruang luas tak terbatas tanpa gravitasi. Aku tak perlu takut terjatuh dan tak perlu mencari tempat untuk berpijak.
Aku ingin menapaki jalan yang mungkin bisa membuatku menemukan sebuah tujuan. Karna hingga kini aku masih mencari. Apa yang sebenarnya aku cari.
Semua waktu yang berlalu hanyalah seperti sebuah ruang kosong. Membuatku terpaku terdiam dan tak mampu berbuat apa-apa. 
Aku ingin terbang, ke luar angkasa. Melihat bintang, mengelilingi Jupiter. Bahkan aku ingin memeluk bulan.
Aku ingin berteriak. Aku ingin ke kerumunan penonton di tengah lapangan. Berteriak sesukaku tanpa takut ada orang yang menegurku.
Aku ingin melepas penat, sama seperti bagaimana aku menghembuskan nafas. Aku ingin hidup dengan segala tujuan dan arti, sama seperti bagaimana aku menghela udara.

Friday 31 October 2014

Mimpi dan Kenyataan

Aku punya satu stoples camilan di dalam kamar. Aku memakannya, dan menyisakan sedikit untuk nanti aku makan lagi. Beberapa waktu kemudian aku melihat stoples camilanku sudah kosong, aku sudah menghabiskannya. Tapi di hari berikutnya aku membuka kembali stoples tersebut untuk diisi dengan camilan lain. Aku terkejut karena mendapati masih ada sedikit sisa camilan yang jumlahnya sama seperti yang aku sisakan beberapa hari lalu. Aku bingung, padahal aku melihat camilan itu sudah habis, walaupun aku sendiri lupa kapan menghabiskannya. Saat itulah aku menyadari kalau stoples kosong yang aku lihat adalah apa yang aku lihat di dalam mimpi.

Sejak saat itu aku mulai menyadari betapa seringnya mengalami mimpi yang begitu dekat dengan kenyataan. Semua terlihat benar-benar nyata di depan mata, seolah-olah aku memang sedang mengalaminya tanpa berfikir bahwa itu adalah mimpi yang suatu saat akan hilang ketika aku terbangun.

Aku mulai sulit membedakan antara mimpi dan kenyataan. Kadang aku juga seperti tahu apa hal yang akan terjadi karena hal tersebut sudah pernah aku rasakan di dalam mimpi sebelumnya. Aku tidak tahu pertanda apa ini. Aku juga tak tahu apa yang menyebabkan hal ini terjadi. 

Tapi kesulitan membedakan mimpi dan kenyataan terkadang membuatku menjadi begitu aneh di hadapan orang lain. Apa yang sudah aku alami aku ceritakan kepada mereka, tapi ternyata semua itu hanya terjadi di dalam mimpi.

Sejak saat itu aku memilih untuk diam dan memendam semuanya sendiri. Mungkin aku akan menunggu hingga ada orang yang bisa membantuku menjawab semua pertanyaan ini.

Friday 26 September 2014

Aku Kini...

Hidup memang tak selamanya membuat kita nyaman. Ada masa dimana kita harus berperang dengan keadaan, dengan orang-orang sekitar, bahkan dengan diri sendiri. Ketika kita mencoba mencari satu sisi positif dari kesulitan yang kita dapat, kadang membuat keadaan menjadi begitu rumit dan saat itulah hati dan pikiran berperang.

Aku tak pernah tahu siapa dan bagaimana aku yang sebenarnya. Kadang aku kuat tapi kadang aku rapuh. Keadaan bisa membuatku yakin namun ketika masanya tiba aku kemudian menjadi pesimis. Kadang aku menyukai sesuatu yang menantang, tapi rasa takut tetap datang. Kadang aku menyukai kelembutan, namun di saat yang berbeda aku menyukai ketegasan. Ini semua menjadikan aku seperti bukan siapa siapa dan bukan apa apa.

Ketika aku berfikir bahwa aku tak mampu untuk berjalan sendiri, aku butuh orang-orang yang mampu membantuku berdiri, orang-orang yang selalu ada untuk menjadikan aku pribadi yang lebih baik. Orang-orang yang tidak akan pernah mengabaikanku dan membiarkanku terombang-ambing sendirian.

Ada banyak orang di sini. Dan beruntung ketika aku memiliki ikatan yang dekat dengan seseorang, menjadikan aku merasa nyaman, dan aku pun sudah menganggapnya sebagai bagian terpenting dalam hidupku. Tapi, satu persatu dari mereka pergi. Teman masa kecil dan teman sepermainan, sekarang pergi merantau. Saudara-saudaraku, di antara mereka telah berkeluarga, yang lain sibuk dengan kesibukan masing-masing tanpa ingat bahwa ada seorang adik di sini dan semua itu hanya meninggalkan aku sendirian dengan segala permasalahan yang semakin rumit.

Ada yang berfikir, mungkin ini adalah langkah untuk menjadi dewasa. Tapi, apakah harus sebegini sulit untuk menjadi orang dewasa? Bukankah katanya menjadi dewasa itu bukan berarti kehilangan masa-masa yang menyenangkan? Tapi kenapa dalam prosesnya harus serumit ini?

Jika memang aku bukan siapa-siapa, aku ingin ada seseorang yang menjadikan aku 'seseorang'. Jika aku memang buka apa-apa, aku ingin ada seseorang yang menjadikan aku 'sesuatu'. Aku tak bisa kalau harus mencari jati diri ini sendirian. Kalau ada sesuatu yang aku tak mengerti, aku harus bertanya pada siapa? Kepada siapa pula aku bisa mengadu? Bahkan, sedih seperti ini juga aku menangis sendirian. Siapa yang mau memberiku tisu atau sapu tangan? Pundak untukku bersandar juga tidak ada.

Allah, jika memang untuk menjadi dewasa begitu sulit, aku minta jika aku telah dewasa nanti jadikanlah aku orang dewasa yang mau peduli kepada orang yang sedang dalam tempatku saat ini. Jika aku menjadi dewasa nanti, aku ingin menjadi orang yang bisa membantu seseorang untuk bangkit dari rasa sedih dan keterpurukan. Aku ingin menjadi seseorang yang punya kemampuan membela kebenaran. Aku ingin menjadi orang yang pantang menyakiti hati seseorang. Aku ingin menjadi seseorang yang berarti bagi orang lain.

Allah, mampukah aku melewati semua ini? Apakah semua ini Kau berikan semata-mata karena Kau ingin menjadikanku pribadi yang lebih baik? Jika memang demikian, kumohon engkau untuk selalu ada menyertaiku, jadikan aku lebih  bijak dan lebih kuat untuk melalui proses penemuan jati diri ini.

Sunday 21 September 2014

Tentang Aku Kini...

Dulu aku tak pernah berfikir bahwa aku akan kesepian seperti ini. Dunia ini ramai, banyak orang di sekelilingku dan banyak suara yang memekakan telinga. Tapi entah mengapa, kini aku merasa sendirian. Kawan-kawanku dulu telah hidup dengan kehidupan mereka masing-masing. Begitu juga dengan aku.

Aku punya banyak teman, orang-orang di sekitarku sangat baik. Mereka mau membagi bahagia bersamaku, dan aku senang dengan semua itu. Tapi entah mengapa masih ada sedikit lubang yang mengaga, seolah-olah aku masih menunggu sosok yang mampu memberikan ketenangan bagi jiwa ini.

Seperti ada rasa yang tak dapat aku sampaikan pada orang-orang di sekitarku, perasaan yang sulit aku ungkapkan, dan hingga saat ini aku masih mencari orang yang aku rasa adalah salah satu bagian terpenting dalam hidupku. 

Diantara banyaknya orang, aku tetap merasa kesepian. Mungkinkah ini karena aku yang tak bisa mengimbangi keadaan atau aku memang selalu sulit untuk membuat diri ini merasa nyaman. Aku ingin pergi ke tempat yang jauh. Melihat luasnya alam, hijaunya pepohonan atau birunya lautan. Hingga kini aku masih percaya bahwa alam mampu menanggung setiap beban yang aku curahkan padanya.

Sekarang musim hujan mulai datang. Aku menemukan satu lagi sahabatku. Berharap akan ada kesempatan dimana aku bisa berjalan di tengah hujan, dan akan aku sampaikan semua yang aku rasakan. Tentang kesepian dan sakitnya memendam perasaan yang begitu besar namun tak bisa terungkapkan. Menanggung semua kepenatan dan lara yang datang bersama dengan waktu.

Bahkan aku sampai tak menyadari kalau begitu banyak hari yang aku lewati tanpa sebuah arti. Aku melewatinya hanya seperti angin yang berhembus di tengah padang luas tanpa pepohonan. Aku masih sering bertanya "siapa aku?" karena hingga saat ini aku belum bisa menemukan jati diri ini. Dan aku hanya bisa menangis ketika semua pertanyaan yang muncul tak mampu dijawab oleh siapapun.

Bahkan akhirnya aku bertanya, "Siapa yang kelak bisa mengobati sepi ini?"

Kini aku sadari bahwa hidup adalah sebuah penantian. Menanti setiap do'a untuk dikabulkan, menanti jawaban atas segala pertanyaan yang ada dan menanti seseorang yang membuat kita harus menanggung rasa sepi.

Allah, berikan ketenangan dan keteduhan bagi hati ini. Biarkan aku curahkan segalanya padamu. Tuntun aku agar selalu ada di jalanmu. Buat agar aku selalu percaya dan meyakini bahwa Kau ada untuk bisa membantuku, menemaniku, mengabulkan do'a-do'aku dan menjawab setiap pertanyaanku.

Buat agar aku bisa terus melangkah, meyakinkan diri bahwa hidup memang harus terus dijalani. Harus terus dihadapi dengan rasa percaya bahwa setiap masalah akan berlalu, seperti badai yang tidak selamanya akan berkecamu.

Wednesday 4 June 2014

Jaga Hati Ini Ya Allah

Yang hidup harus terus berjalan jika tak ingin tertinggal oleh masa. Dan itu pula yang aku lakukan. Berjalan mengikuti arus, meski sesekali ada arus berlawanan mencoba menerjang. Kuakui menjalani hidup ini tidak mudah dan mesti banyak yang dikorbankan.
Begitu banyak kegagalan yang aku temui. Ketika jalan yang aku inginkan ternyata bukanlah jalan terbaik untukku. Namun kini aku merasakan sebuah hikmah akan sebuah kegagalan. Tak ada nikmat yang seindah kesadaran diri untuk lebih dekat dengan Sang Pencipta. Benar. Kegagalan dan kepahitan yang aku rasakan di masa lampau membawaku ke masa yang benar aku rasakan sebagai sebuah anugerah. 

Dulu aku mungkin begitu jauh dengan-Nya, tapi setiap waktu yang berjalan mengajakku untuk mulai meniti langkah, setapak demi setapak untuk dapatkan jalan hidup yang lebih baik. Begitu banyak keinginan yang tak tersampaikan, tapi aku dapatkan sebuah penghargaan besar akan hidup untuk mampu menyikapinya dengan bijaksana. 

Tak sulit untuk melihat bagaimana diriku yang dulu. Diri yang begitu sulit untuk bersyukur. Ibadahku terbengkalai, dan semua hanya untuk melihat sesuatu yang bersifat duniawi. Maafkan aku, Ya Allah. Kini aku benar-benar tahu bahwa dalam hidup kita memang akan mendapatkan pembelajaran. Dan aku mendapatkannya. Beruntungnya aku karena orang-orang di sekitarku senantiasa menuntunku untuk bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Mencoba mendekatkan diri pada-Nya. Memohon agar diberikan kesabaran dalam menjalani hidup yang kadang terasa begitu rumit. Selalu ada jalan keluar dari masalah. Aku percaya itu.

Semua yang aku lalui juga mengajarkan tentang bagaimana menjaga hati. Menjaga perasaan agar tidak tersakiti oleh hal-hal yang sebenarnya tidak perlu ada dalam hidup. Dan semua mengajarkan aku untuk mengendalikan hati. Jangan mudah jatuh cinta, karena cinta yang datang seperti itu hanyalah bersifat sementara dan dikarenakan fisik semata. Namun jika pada akhirnya perasaan yang sesungguhnya muncul, aku akan memendamnya terlebih dahulu. Aku mungkin perlu tahu bahwa orang yang aku cintai belum tentu mencintaiku.

Dan aku akan menilai. Pantaskah aku dengannya? Terkadang dia dengan derajat dan ilmu yang tinggi membuatku takut tak mampu mengimbanginya. Aku hanya berharap, kelak dia adalah seseorang yang mampu membimbingku untuk bisa menjadi diri yang lebih baik dan terus memperbaiki diri selama hidup.

Jaga terus hatiku, Ya Allah. Jangan biarkan ia tersakiti oleh cinta yang tak pantas aku miliki. Dan biarkan agar seseorang kelak menemukan cintaku yang sesungguhnya. Dan aku berharap suatu hari nanti cinta ini akan dimiliki oleh orang yang mencintaiku seutuhnya.

Tuesday 27 May 2014

Tentang Hidup yang Tak Selalu Sama

Bagaimanapun juga, aku merasa seperti orang yang begitu beruntung. Semua itu dimulai dari masa dimana aku lulus sekolah. Ketika ada jalan panjang dengan begitu banyak tikungan. Aku harus memilih satu dan mungkin satu jalan yang aku ambil tidak akan membuatku kembali ke tempat semula.

Ketika teman-temanku masih sibuk mencari pekerjaan, pergi kesana kemari, Alhamdulillah aku telah mendapatkan tempat bekerja. Ya, bekerja sebagai di sebuah percetakan menjadi pengalaman pertama untukku di dalam dunia kerja. Aku mencoba mengikutinya, dan hasilnya cukup memuaskan. Bosku bahkan menyukai hasil kerjaku. Dan aku merasa senang dengan semua itu. Sampai akhirnya aku rasakan sedikit kejenuhan dengan tekanan demi tekanan yang aku peroleh. Berhadapan dengan banyak orang. Pelanggan dengan segala keinginan yang kadang membuatku kesal. Dan puncaknya saat aku merasa bahwa aku memang harus pergi dari tempat tersebut.

Aku masuk kerja untuk pertama kali tepat di hari ulang tahunku, 10 September 2012 dan berakhir di awal bulan Juli 2013, tempat di awal puasa. Setelahnya, aku memutuskan untuk resend. Beberapa bulan di rumah. Menjalani aktivitas yang membosankan. Mencari info lowongan pekerjaan dan info kuliah. Karena sebenarnya aku memang masih ingin melanjutkan pendidikan. Sampai akhirnya aku merasa ada hal yang menarikku untuk mencoba menulis lamaran pekerjaan di sebuah instansi pemerintah.

Aku tulis lamaran pekerjaan yang ditujukan ke Kepala SMP N 1 Slawi. SMP N 1 Slawi adalah tempat sekolahku dulu, dan aku merasa bahwa akan ada sesuatu yang aku dapatkan di situl. Pertengahan Agustus aku kirim surat lamaran dan tidak menyangka kalau pada 3 September 2013 aku mendapat SMS langsung dari Kepala Sekolah untuk melakukan wawancara. Aku pun segera bersiap menuju kesana dengan sepeda.

Setelah berbicang-bincang, akhirnya hari itu juga aku mendapatkan pekerjaan untuk membantu tugas Kepala Sekolah dalam menyelesaikan administrasi sekolah. Semua itu aku jalani dengan sepenuh hati. Melalukan hal sebaik mungkin agar tidak mengecewakan orang yang telah mempercayakan sesuatu padaku.

Sekarang sudah 9 bulan aku bekerja di situ. Banyak ilmu yang aku dapat. Tentang komitmen, kerja keras, loyalitas, kedisiplinan, tata krama, mentalitas dan banyak lagi. Bertemu dengan orang-orang yang aku anggap 'pintar'. Orang-orang berpendidikan tinggi. Orang-orang yang dulu pernah memberikan ilmunya padaku. Kurasakan mereka begitu menyanyangiku walaupun pasti ada beberapa yang tak begitu. Tapi aku selalu berusaha menyemangati diri ini.

Akhirnya aku bisa menyesuaikan diri dan menyelaraskan diri untuk mengikuti arus-arus yang harus aku lalui. Namun pada kenyataannya hidup tak selalu sama. Ada kalanya kita harus berada dalam posisi yang tidak nyaman dan memojokkan diri. Segala permasalahan yang ada aku anggap sebagai pelajaran untuk mengelola emosi dan mengendalikan diri. Aku mendapat pelajaran baru. Dan harapan-harapan besar masih terus berkembang di dalam pikiranku untuk masa depan yang lebih baik.

Tapi akhir-akhir ini aku dengan ada kabar bahwa para Tenaga Honorer dan Tenaga Tidak Tetap (PTT) akan dihapuskan. Banyak yang bertanya, "Bagaimana nasib kami nanti?". Tidak ada yang tahu. Pemerintah memang tak menjamin bahwa PTT akan diangkat penjadi CPNS. Dan beberapa waktu lalu aku mendapat saran dari teman-teman di tempat kerja untuk mencoba mendaftar di beberapa lowongan kerja yang tersedia. Aku jadi berfikir berulang-ulang, mungkinkah suatu saat nanti aku memang harus keluar dari tempat kerjaku saat ini?

Sebenarnya ada banyak hal yang ingin aku lakukan jika memang benar suatu hari nanti semua PTT dihapuskan. Aku ingin mengembangkan hobi menulisku. Aku ingin berwirausaha dan aku ingin menggeluti dunia desain grafis. Aku berusaha untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi segala kemungkinan. Hidup memang tak pernah sama dan tak selalu seperti yang kita inginkan. Kita hanya perlu bersiap untuk segala keadaan yang mungkin akan terjadi.

Dan yang paling aku harapkan, aku tidak ingin mengecewakan kedua orang tuaku. Harapan mereka begitu besar terhadap masa depanku. Bahkan mereka begitu bangga ketika tahu aku diterima bekerja di SMP. Tapi aku yakin, jalanku tidak akan jauh dariku. Dan jalanku memang yang terbaik untukku. Aku hanya perlu yakin, berusaha dan berdo'a. Tak akan ada yang bisa menghentikan langkahku, kecuali Allah. Semoga semua ini menjadi sebuah pembelajaran bagiku dan bagi semua orang.

"Roda masih berputar dan akan terus berputar. Esok kau mungkin mendapati hari yang lebih baik atau sebaliknya"

Thursday 8 May 2014

Ketika

Ketika kesalahan seperti menjadi milikku seutuhnya. Aku seperti menjadi kambing hitam, padalah aku adalah yang paling tidak mengerti tentang keadaan di sekitarku. Aneh memang. Banyak orang begitu baik, dan itu membuatku merasa sangat bersyukur. Tapi, tidak semuanya begitu. Terkadang aku merasa seperti dipojokan. Aku tak tahu apapun. Aku kecil, dan aku hanya berusaha membantu. Aku tak pernah mengharap imbalan apapun. Aku tak keberatan saat harus bekerja lebih keras dari biasanya. Entah mengapa aku seperti menjadi orang yang baru terbangun dari lamunan dan mendapati keadaan sebenarnya. Apakah orang orang di sekitarku membenciku? Kadang kulihat banyak orang yang begitu naif. Dan kuharapkan ekspresi murni dari apa yang orang pikirkan terhadapku.

Monday 5 May 2014

Aku Mencoba

Aku telah merasa seperti terbebas dari bayang-bayang masa lalu. Dia yang dulu membuat aku suka kala jumpa pertama, kini telah hilang seperti kisah-kisah masa lalu yang lainnya. Dan aku bersyukur. Sedihku berakhir dan aku mulai bisa meyakinkan diri bahwa tak ada yang salah dengan hidup sendirian tanpa ada seseorang yang dianggap sebagai 'cinta'.

Aku menikmati masa mudaku tanpa memiliki pacar, walaupun tetap saja sering merasa tersiksa oleh perasaan-perasaan yang tumbuh begitu saja tanpa pernah aku menghendakinya. Dan pada akhirnya aku mulai merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan sebelumnya.

Deretan kisah yang aku jalani hanyalah seperti skenario yang sama, hanya saja nama lawan maninku berbeda. Aku suka, lalu aku memendamnya. Dan aku sudah tahu akhir dari kisah yang aku jalani. Pastilah sebuah kekecewaan. Itu sebabnya, aku mencoba menghindar. Aku lelah untuk menjalani peran yang sama dengan alur cerita dan akhir yang sama. Aku jenuh.

Jadi mau mencoba mengabaikan segala sesuatu yang aku rasa. Lagipula aku tidak melihat sesuatu yang dia coba sampaikan. Dia hanya diam. Itu saja. Dan kujadikan itu alasan untuk tidak peduli padanya. Dia tidak peduli, untuk apa aku peduli?

Bukan karena egois, hanya saja aku tak mau bertambah sakit hati. Cukuplah untuk masa remaja yang penuh dengan guncangan perasaan. Aku mau semua berjalan seperti apa yang seharusnya. Kalaupun aku memang harus merasakan sakit hati, tapi dengan ini aku mencoba menyelamatkan diri.

Ini Soto Tegal


Dari dulu saya emang paling doyan sama yang namanya soto. Apalagi kalau soto khas Tegal. Rasanya khas banget. Apalagi dengan bumbu tauco yang asin dan terus terang saja saya nggak suka aromanya. Tapi pas udah dibikin soto, pasti jadi luar biasa rasanya.
Kemarin kebetulan banget mama saya bikin soto sendiru di rumah. Agak ribet juga sih, tapi hasilnya enak banget. Nggak kalah sama soto sedap malam yang jadi favorit saya.

Thursday 1 May 2014

YOU!!!!

Anda pikir Anda siapa? Jangan maksa-maksa Bapak saya kaya gitu dong? Kalau dia bilang nggak bisa ya berarti nggak bisa. Anda pikir apa yang Anda minta itu mudah?! Saya tahu Anda cerdas. Saya tahu Anda punya banyak kelebihan. Tapi satu kekurangan yang saya lihat pada diri Anda, Anda tak bisa menghargai orang lain dengan bersikap sedikit lebih sopan.

Dulu saya menyanjung, tapi maafkan bila kali ini harus memaki.

Friday 14 February 2014

KARYAKU?!

Sekitar sebulan lalu, sebuah majalah bernama STORY Teenlit Magazine mengadakan lomba membuat desain cover untuk Grup Facebook mereka. Terus terang saya antusias mengikuti ajang kreativitas tersebut. Tidak terlalu mengharapkan hadiah, walau sebenarnya kalau menang saya pasti sangat senang. Well, saya buat desainnya. Tidak terlalu rumit. Gambarnya sederhana saja dan selesai beberapa jam dengan program Photoshop yang sudah saya tekuni selama beberapa tahun terakhir. Kurang lebih seperti ini hasil karya saya.


Tapi sebelum dikirim saya sempatkan untuk mengedit beberapa bagian, ya sekedar untuk memastikan bahwa semua sama seperti apa yang saya harapkan. Lalu langsung saya kirim gambar tersebut via e-mail. Selepas itu kabar tentang lomba tersebut tiba-tiba saja menghilang entah kemana. Saya pun tidak terlalu memikirkan hal tersebut, saya hanya penasaran saja seperti apa karya sang pemenang. Tapi kalau kabarnya tidak ada ya sudah.

Lalu sebulan kemudian pengumuman lima nominasi yang masuk sebagai karya terbaik. Sayang nama saya tidak tercatat dalam salah satu nama tersebut. Ya sudahlah, itu artinya saya tidak berpeluang mendapatkan langganan majalah STORY selama dua bulan. It's Ok. Yang namanya kompetisi memang ada yang menang dan ada yang kalah. Tapi posisi saya di sini tidak kalah, hanya saja kurang beruntung :D . Saya pun semakin penasaran dengan karya sang pemenang dan saya sempatkan untuk mengirim posting ke Official Grup tersebut untuk menanyakan karya sang pemenang. Selang beberapa menit saya melihat ada salah satu member Grup yang memosting karya-karya yang masuk nominasi. Hasil karya tersebut ternyata diterbitkan pula di salah satu halaman majalah. Tapi yang saya lihat ada 7 nominasi, dan punya saya adalah salah satunya. Apakah ini benar? Karyaku masuk nominasi?


Langsung sepulang kerja pergi menuju toko buku terdekat untuk membeli majalah tersebut. Walau tak tercantum sebagai pemenang, tapi bisa menjadi nominasi saja sudah senang rasanya. Seperti ada kepuasan tersendiri ketika karya yang kita buat dapat terpampang di majalah berskala nasional dan dilihat oleh banyak orang. Semoga saja ini adalah sebuah awal untuk karya-karya lainnya yang pasti lebih baik.


Friday 7 February 2014

KOSONG

Kenapa sepi? Padahal di sini banyak orang. Hah, mungkin begitulah hidupku. Tak ada lagi patah hati atau kecewa karena sebuah perasaan yang disia-siakan, tapi semua itu justru membuatku merasa kesepian. Sensasi patah hati patut disyukuri oleh orang-orang yang merasakannya. Bahkan aku di sini rindu akan perasaan seperti itu. Rindu untuk merindukan seseorang. 

Mencari hal yang membuatku tetap bahagia dalam sebuah kesendirian. Setidaknya mendekatkan diri pada hal-hal baru yang belum pernah aku ketahui sebelumnya. Seperti ujian sedang menunggu di hadapanku. Seperti ada hal yang akan menentukan jalan ke depanku nantinnya.

Aku bersiap untuk semua itu. Menjadikan kesendirian ini sebagai hari-hari penuh makna dan tidak tersia-siakan. Bersamaan dengan itu berharap pula bahwa selalu ada orang-orang dengan semangat yang terus mengalir buatku mampu melalui semua ini.

Jika aku pernah berkata bahwa hidup itu untuk dijalani, maka kali ini aku akan menambahkan dalam kalimatku itu, "Hidup adalah untuk dijalani, bersamanya kita lakukan yang terbaik dan bersyukur akan semua yang Dia beri".

Benar. Tak akan ada penyesalan saat kita melakukan yang terbaik. Jika saat ini aku masih tertidur, maka aku akan bangun. Memijak kembali tanah yang kadang kurasa enggan karena panasnya pasir dan tajamnya kerikil. Setidaknya aku harus tahu bagaimana cara untuk bisa menjalani hidup yang kadang terasa sulit. Andaikan jalannya panas dan menyakitkan, bukankah kita bisa memakai alas kaki?

Hidup memang tak semudah itu, tapi jika kita berfikir bahwa masalah akan dapat dilalui, Insyaallah kita akan benar-benar dapat melaluinya. 

Mari, mengisi kekosongan hidup dengan berjuta hal positif yang mampu membangun diri. Memulai segalanya dengan baik, dan marilah mengupayakan yang terbaik menuju hidup yang lebih baik.

GITAR OH GITAR



Gitar. Bicara tentang alat musik yang satu itu, saya ingin berbagi cerita tentang saya yang sekarang sedang belajar untuk bermain alat musik petik tersebut. Sebenarnya pertama kali saya belajar gitar adalah sekitar lima tahun lalu, tepatnya saat saya duduk di kelas 9 SMP. Jujur saja sejak awal saya tidak pernah berfikir bahwa saya akan belajar untuk bermain gitar. Semua itu bisa dibilang karena terpaksa karena pada mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat materi yang membahas tentang musikalisasi puisi. Di dalam kelompok yang saya bentuk tidak ada yang bisa bermain gitar, jadi terpaksa saya harus mengejar waktu untuk belajar gitar. Dan dapat saya rasakan, bermain gitar itu teramat sulit. Dimulai dengan mengenal kunci-kunci gitar. Kunci C adalah kunci yang menurut saya paling mudah. Setelah itu disusul dengan beberapa kunci sederhana lainnya. Setelah selama beberapa hari menyesuaikan diri dengan setiap kunci yang saya pelajari, mulailah saya bersama teman-teman satu kelompok mencari lagu yang kuncinya sederhana dan mudah untuk pemula seperti saya.
Laskar Pelangi. Pilihan saya jatuh pada sebuah lagu yang saat itu memang sedang hits karena film yang sama. Kuncinya tak sulit karena hampir semuanya menggunakan kunci dasar. Tapi tetap saja, yang namanya pemula tidak akan bisa memainkan dengan sempurna. Sesekali nada yang keluar terdengar aneh dan tidak pas dengan irama lagunya. Tapi ya sudahlah. Sekitar dua minggu berlatih dan tibalah saatnya untuk penilaian. Saya tidak peduli berapa nilai yang diberikan, yang terpenting sudah maju dan semua itu terasa cukup untuk semuanya.
Selepas itu, saya jadi kecanduan untuk bermain gitar. Mulailah gitar di rumah yang semula terdiam tanpa ada yang menyentuk mulai saya mainkan hampir setiap hari. Melatih kunci-kunci lama dan belajar kunci-kunci baru.
Setelah Laskar Pelangi, lagu-lagu lain yang sering saya coba saat latihan gitar adalah lagu Heaven yang dipopulerkan oleh Brian Adam, disusul lagu-lagu kepunyaan Westlife “I Have A Dream” yang juga cukup mudah untuk dimainkan.
Akhirnya si gitar merk Yamaha milik kakak saya lebih sering dipakai oleh saya sendiri. Mencari kord gitar lagu-lagu populer dan terus bereksplorasi. Tanpa disadari, ujung jari yang dulu terasa sakit kini justru terlihat keras, mungkin biasa disebut sebagai kapalan. Memang rasanya tak nyaman, tapi hal ini membuat tangan jadi ‘kebal’ saat harus berrsentuhan dengan senar gitar yang kadang memberi bekas dan rasa sakit.
Dan beberapa film seperti “Suck Seed” contohnya memberi semangat untuk belajar gitar lagi dan lagi. Ditambah penyanyi penyanyi macam Taylor Swift yang juga membuat saya semakin geram ingin bisa bermain gitar.
Dan beberapa hari lalu saya melihat sebuah artikel di internet tentang “Bersahabat dengan Gitar”. Bahkan dalam artikel itu disebutkan bahwa gitar harus memiliki nama. Saya jadi teringat dengan film Suck Seed, dimana gitar milik Ern memiliki nama IPED. Lalu siapa nama gitar saya? Entahlah. Belum terfikirkan. Tapi saat ini saya ingin punya gitar akustik klasik berwarna pink. Pasti keren, dan terlihat manis. Setelah mencari-cari di internet, ada beberapa penjual gitar yang menjual gitar klasik, harganya cukup terjangkau tapi yang tersedia hanya ada warna putih. Jadi mungkin nanti saja, menunggu waktu yang tepat. Dan untuk gitar di rumah, dia sudah menjadi sahabatku. Tinggal mencari nama yang pas untuknya. Ya, begitulah. Hingga saat ini masih terus penasaran untuk menjadi seseorang yang bisa memegang gitar dan memainkan lagu-lagu bagus. That will be amazing…