Saturday 27 December 2014

Serunya Jumbara PMR XII Kab. Tegal


Tanggal 21 November 2014 lalu Regu PMR Madya SMP Negeri 1 Slawi mengikuti kegiatan Jumbara yang diadakan setiap tahun. Kebetulan tahun ini saya ditawari untuk ikut kegiatan tersebut. Tempatnya di Bumijawa, daerah dataran tinggi di wilayah kaki Gunung Slamet Kabupaten Tegal. Saya langsung meng-iyakan untuk ikut kegiatan tersebut. Tapi sayang sekali, karena pas hari ini sepupu saya menikah, akhirnya saya tidak bisa ke sana. 

Barulah pada hari senin sore, saya bersama salah satu teman kerja di sekolah berangkat menyusul ke perkemahan. Cuaca memang kurang bersahabat menjelang akhir tahun. Sebentar cerah, sebentar mendung. Hujan, berhenti, hujan, berhenti. Seperti itu terus. Dan di perjalanan pun ternyata gerimis turun cukup deras. Ditambah dengan angin yang cukup kencang, udara terasa semakin dingin.

Alangkah kagetnya begitu saya tiba di sana. Tenda-tenda sudah tergenang air hujan, mirip seperti sawah yang baru diairi. Bahkan beberapa tenda dari sekolah lain sudah ambruk rata dengan tanah mirip habis ada bencana puting beliung. Ternyata siang tadi di sini hujan deras sekali. Air dari dataran yang lebih tinggi turun ke bawah, kebetulan tenda SMP N 1 Slawi berada di lokasi yang permukaan tanahnya lebih rendah. Alhasil semua siswa tidak bisa tinggal di dalam tenda. Untungnya pembina PMR sudah mengantisipasi dengan menyewa salah satu rumah penduduk sekitar kalau ternyata kejadian seperti ini benar terjadi.


Sementara siswa-siswa tidur di rumah penduduk, saya bersama pembina PMR dan tiga teman lainnya memilih untuk tetap tinggal di tenda. Tentu saja harus membersihkannya lebih dulu dari genangan air yang lumayan untuk memelihara ikan kecil. Setelah tenda dibersihkan, kemudian terpal bagian bawah dilapisi dengan terpal kering yang lain dan jas hujan. Akhirnya tenda bisa kembali dihuni.

Ternyata hampir semua peserta Jumbara tidak tinggal di tenda. Ya, memang tidak memungkinkan nampaknya. Udara juga semakin dingin, namun beruntung masih ada kayu yang bisa dibakar untuk membuat suasana lebih hangat. Ditemani semangkuk mie dan secangkir teh panas. Itu malah paling menyenangkan. Ditambah lagi dengan langin yang nampak semakin cerah dari bintang-bintang yang nampak.

Keesokan paginya pemandangan Gunung Slamet begitu memukau. Gunung yang biasanya hanya terlihat bagian puncaknya dari kejauhan kini nampak begitu dekat. Asap dari kawah yang berstatus siaga juga terlihat indah ketika ditimpa cahaya matahari pagi. Sayang sekali momen indah itu tidak bisa diabadikan karena HP yang batrenya sudah habis. Mungkin lain kali kalau ada kesempatan tidak boleh disia-siakan.



Kegiatan masih berlanjut sampai akhirnya upacara penutupan yang disertai pengumuman juara. Alhamdulillah, regu dari SMP Negeri 1 Slawi berhasil menjadi juara umum pada kegiatan tersebut. Ya, prestasi itu masih bisa dipertahankan dan akan terus dipertahankan. Meski diiringi gerimis yang semakin deras, tapi prestasi yang diperoleh tidak menyurutkan semangat semuanya. Dengan rasa bangga, kami pulang dengan piala dan medali kejuaraan.

Friday 5 December 2014

(Masih) Mencari Arti

Aku tak terlalu cerdas. Nilaiku di sekolah hanya antara tujuh sampai delapan. Aku tak berprestasi dan aku tidak terlalu bodoh juga. Aku bukan anak yang sangat baik atau ramah, aku juga bukan anak yang suka membuat ulah. Aku tak terlalu tinggi, tidak juga pendek. Kulitku tak putih, tapi juga tidak bisa dibilang hitam.

Semua hal yang melekat padaku membuatku seperti sosok transparan yang tidak akan dilihat oleh orang lain. Mungkin jika aku sangat pintar atau sangat bodoh, jika aku sangat baik hati atau sangat nakal, atau jika aku adalah perempuan paling cantik atau paling jelek, mungkin orang akan menyempatkan diri untuk melihat ke arahku dan berkomentar tentang diriku. Tapi kenyataannya tidak. Aku hanyalah sebatas sosok yang mungkin bisa melihat dunia, tetapi dunia tak dapat melihatku.

Banyak hal yang aku sukai. Aku suka bermain basket, tapi aku tak pernah menjadi bintang lapangan karena cara bermainku yang tanpa teknik. Bahkan semua bola yang masuk ke dalam ring adalah karena kebetulah semata. Aku suka bermain voli, tapi aku tak bisa melambungkan atau menerima bola dengan baik. Bahkan tanganku akan memar berhari-hari karenanya.

Aku mencoba melakukan atau menciptakan sesuatu yang aku harap bisa membuatku menjadi sesuatu. Tapi aku terlalu mudah jenuh untuk menghadapi segala persoalan yang ada. Aku berlari kesana kemari, mencoba mencari sesuatu yang membuatku nyaman. Mudah saja bagiku untuk menemukan kenyamanan tersebut, tapi itu tak bertahan lama. Dan aku pun kembali berlari mencari tempat yang mungkin akan layak untuk aku singgahi.

Terlepas dari semua itu, aku sering merasa tersakiti oleh perasaan yang tak tersampaikan. Aku mulai merasa bahwa dunia ini begitu kejam padaku. Aku memiliki banyak teman, namun aku tak mau mereka terlalu jauh masuk ke dalam persoalan hidupku. Aku hanya tak ingin membebani orang lain.

Hingga kini aku masih terus berjalan. Bahkan aku tak tahu kemana aku harus pergi. Mana jalan yang harus aku pijak. Aku hanya berharap bahwa aku punya cukup waktu untuk menjawab semua pertanyaan yang timbul begitu saja. Aku terkadang merasa lelah dengan semua ini. Bahkan aku mulai merasa bahwa dunia ini hanyalah seperti kardus kosong yang mengurungku di dalamnya. Gelap, pengap dan menyesakkan.

Adakah seseorang yang akan membawaku keluar dari dunia yang penuh sekat ini? Adakah?