Tuesday 27 May 2014

Tentang Hidup yang Tak Selalu Sama

Bagaimanapun juga, aku merasa seperti orang yang begitu beruntung. Semua itu dimulai dari masa dimana aku lulus sekolah. Ketika ada jalan panjang dengan begitu banyak tikungan. Aku harus memilih satu dan mungkin satu jalan yang aku ambil tidak akan membuatku kembali ke tempat semula.

Ketika teman-temanku masih sibuk mencari pekerjaan, pergi kesana kemari, Alhamdulillah aku telah mendapatkan tempat bekerja. Ya, bekerja sebagai di sebuah percetakan menjadi pengalaman pertama untukku di dalam dunia kerja. Aku mencoba mengikutinya, dan hasilnya cukup memuaskan. Bosku bahkan menyukai hasil kerjaku. Dan aku merasa senang dengan semua itu. Sampai akhirnya aku rasakan sedikit kejenuhan dengan tekanan demi tekanan yang aku peroleh. Berhadapan dengan banyak orang. Pelanggan dengan segala keinginan yang kadang membuatku kesal. Dan puncaknya saat aku merasa bahwa aku memang harus pergi dari tempat tersebut.

Aku masuk kerja untuk pertama kali tepat di hari ulang tahunku, 10 September 2012 dan berakhir di awal bulan Juli 2013, tempat di awal puasa. Setelahnya, aku memutuskan untuk resend. Beberapa bulan di rumah. Menjalani aktivitas yang membosankan. Mencari info lowongan pekerjaan dan info kuliah. Karena sebenarnya aku memang masih ingin melanjutkan pendidikan. Sampai akhirnya aku merasa ada hal yang menarikku untuk mencoba menulis lamaran pekerjaan di sebuah instansi pemerintah.

Aku tulis lamaran pekerjaan yang ditujukan ke Kepala SMP N 1 Slawi. SMP N 1 Slawi adalah tempat sekolahku dulu, dan aku merasa bahwa akan ada sesuatu yang aku dapatkan di situl. Pertengahan Agustus aku kirim surat lamaran dan tidak menyangka kalau pada 3 September 2013 aku mendapat SMS langsung dari Kepala Sekolah untuk melakukan wawancara. Aku pun segera bersiap menuju kesana dengan sepeda.

Setelah berbicang-bincang, akhirnya hari itu juga aku mendapatkan pekerjaan untuk membantu tugas Kepala Sekolah dalam menyelesaikan administrasi sekolah. Semua itu aku jalani dengan sepenuh hati. Melalukan hal sebaik mungkin agar tidak mengecewakan orang yang telah mempercayakan sesuatu padaku.

Sekarang sudah 9 bulan aku bekerja di situ. Banyak ilmu yang aku dapat. Tentang komitmen, kerja keras, loyalitas, kedisiplinan, tata krama, mentalitas dan banyak lagi. Bertemu dengan orang-orang yang aku anggap 'pintar'. Orang-orang berpendidikan tinggi. Orang-orang yang dulu pernah memberikan ilmunya padaku. Kurasakan mereka begitu menyanyangiku walaupun pasti ada beberapa yang tak begitu. Tapi aku selalu berusaha menyemangati diri ini.

Akhirnya aku bisa menyesuaikan diri dan menyelaraskan diri untuk mengikuti arus-arus yang harus aku lalui. Namun pada kenyataannya hidup tak selalu sama. Ada kalanya kita harus berada dalam posisi yang tidak nyaman dan memojokkan diri. Segala permasalahan yang ada aku anggap sebagai pelajaran untuk mengelola emosi dan mengendalikan diri. Aku mendapat pelajaran baru. Dan harapan-harapan besar masih terus berkembang di dalam pikiranku untuk masa depan yang lebih baik.

Tapi akhir-akhir ini aku dengan ada kabar bahwa para Tenaga Honorer dan Tenaga Tidak Tetap (PTT) akan dihapuskan. Banyak yang bertanya, "Bagaimana nasib kami nanti?". Tidak ada yang tahu. Pemerintah memang tak menjamin bahwa PTT akan diangkat penjadi CPNS. Dan beberapa waktu lalu aku mendapat saran dari teman-teman di tempat kerja untuk mencoba mendaftar di beberapa lowongan kerja yang tersedia. Aku jadi berfikir berulang-ulang, mungkinkah suatu saat nanti aku memang harus keluar dari tempat kerjaku saat ini?

Sebenarnya ada banyak hal yang ingin aku lakukan jika memang benar suatu hari nanti semua PTT dihapuskan. Aku ingin mengembangkan hobi menulisku. Aku ingin berwirausaha dan aku ingin menggeluti dunia desain grafis. Aku berusaha untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi segala kemungkinan. Hidup memang tak pernah sama dan tak selalu seperti yang kita inginkan. Kita hanya perlu bersiap untuk segala keadaan yang mungkin akan terjadi.

Dan yang paling aku harapkan, aku tidak ingin mengecewakan kedua orang tuaku. Harapan mereka begitu besar terhadap masa depanku. Bahkan mereka begitu bangga ketika tahu aku diterima bekerja di SMP. Tapi aku yakin, jalanku tidak akan jauh dariku. Dan jalanku memang yang terbaik untukku. Aku hanya perlu yakin, berusaha dan berdo'a. Tak akan ada yang bisa menghentikan langkahku, kecuali Allah. Semoga semua ini menjadi sebuah pembelajaran bagiku dan bagi semua orang.

"Roda masih berputar dan akan terus berputar. Esok kau mungkin mendapati hari yang lebih baik atau sebaliknya"

Thursday 8 May 2014

Ketika

Ketika kesalahan seperti menjadi milikku seutuhnya. Aku seperti menjadi kambing hitam, padalah aku adalah yang paling tidak mengerti tentang keadaan di sekitarku. Aneh memang. Banyak orang begitu baik, dan itu membuatku merasa sangat bersyukur. Tapi, tidak semuanya begitu. Terkadang aku merasa seperti dipojokan. Aku tak tahu apapun. Aku kecil, dan aku hanya berusaha membantu. Aku tak pernah mengharap imbalan apapun. Aku tak keberatan saat harus bekerja lebih keras dari biasanya. Entah mengapa aku seperti menjadi orang yang baru terbangun dari lamunan dan mendapati keadaan sebenarnya. Apakah orang orang di sekitarku membenciku? Kadang kulihat banyak orang yang begitu naif. Dan kuharapkan ekspresi murni dari apa yang orang pikirkan terhadapku.

Monday 5 May 2014

Aku Mencoba

Aku telah merasa seperti terbebas dari bayang-bayang masa lalu. Dia yang dulu membuat aku suka kala jumpa pertama, kini telah hilang seperti kisah-kisah masa lalu yang lainnya. Dan aku bersyukur. Sedihku berakhir dan aku mulai bisa meyakinkan diri bahwa tak ada yang salah dengan hidup sendirian tanpa ada seseorang yang dianggap sebagai 'cinta'.

Aku menikmati masa mudaku tanpa memiliki pacar, walaupun tetap saja sering merasa tersiksa oleh perasaan-perasaan yang tumbuh begitu saja tanpa pernah aku menghendakinya. Dan pada akhirnya aku mulai merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan sebelumnya.

Deretan kisah yang aku jalani hanyalah seperti skenario yang sama, hanya saja nama lawan maninku berbeda. Aku suka, lalu aku memendamnya. Dan aku sudah tahu akhir dari kisah yang aku jalani. Pastilah sebuah kekecewaan. Itu sebabnya, aku mencoba menghindar. Aku lelah untuk menjalani peran yang sama dengan alur cerita dan akhir yang sama. Aku jenuh.

Jadi mau mencoba mengabaikan segala sesuatu yang aku rasa. Lagipula aku tidak melihat sesuatu yang dia coba sampaikan. Dia hanya diam. Itu saja. Dan kujadikan itu alasan untuk tidak peduli padanya. Dia tidak peduli, untuk apa aku peduli?

Bukan karena egois, hanya saja aku tak mau bertambah sakit hati. Cukuplah untuk masa remaja yang penuh dengan guncangan perasaan. Aku mau semua berjalan seperti apa yang seharusnya. Kalaupun aku memang harus merasakan sakit hati, tapi dengan ini aku mencoba menyelamatkan diri.

Ini Soto Tegal


Dari dulu saya emang paling doyan sama yang namanya soto. Apalagi kalau soto khas Tegal. Rasanya khas banget. Apalagi dengan bumbu tauco yang asin dan terus terang saja saya nggak suka aromanya. Tapi pas udah dibikin soto, pasti jadi luar biasa rasanya.
Kemarin kebetulan banget mama saya bikin soto sendiru di rumah. Agak ribet juga sih, tapi hasilnya enak banget. Nggak kalah sama soto sedap malam yang jadi favorit saya.

Thursday 1 May 2014

YOU!!!!

Anda pikir Anda siapa? Jangan maksa-maksa Bapak saya kaya gitu dong? Kalau dia bilang nggak bisa ya berarti nggak bisa. Anda pikir apa yang Anda minta itu mudah?! Saya tahu Anda cerdas. Saya tahu Anda punya banyak kelebihan. Tapi satu kekurangan yang saya lihat pada diri Anda, Anda tak bisa menghargai orang lain dengan bersikap sedikit lebih sopan.

Dulu saya menyanjung, tapi maafkan bila kali ini harus memaki.