Friday 14 February 2014

KARYAKU?!

Sekitar sebulan lalu, sebuah majalah bernama STORY Teenlit Magazine mengadakan lomba membuat desain cover untuk Grup Facebook mereka. Terus terang saya antusias mengikuti ajang kreativitas tersebut. Tidak terlalu mengharapkan hadiah, walau sebenarnya kalau menang saya pasti sangat senang. Well, saya buat desainnya. Tidak terlalu rumit. Gambarnya sederhana saja dan selesai beberapa jam dengan program Photoshop yang sudah saya tekuni selama beberapa tahun terakhir. Kurang lebih seperti ini hasil karya saya.


Tapi sebelum dikirim saya sempatkan untuk mengedit beberapa bagian, ya sekedar untuk memastikan bahwa semua sama seperti apa yang saya harapkan. Lalu langsung saya kirim gambar tersebut via e-mail. Selepas itu kabar tentang lomba tersebut tiba-tiba saja menghilang entah kemana. Saya pun tidak terlalu memikirkan hal tersebut, saya hanya penasaran saja seperti apa karya sang pemenang. Tapi kalau kabarnya tidak ada ya sudah.

Lalu sebulan kemudian pengumuman lima nominasi yang masuk sebagai karya terbaik. Sayang nama saya tidak tercatat dalam salah satu nama tersebut. Ya sudahlah, itu artinya saya tidak berpeluang mendapatkan langganan majalah STORY selama dua bulan. It's Ok. Yang namanya kompetisi memang ada yang menang dan ada yang kalah. Tapi posisi saya di sini tidak kalah, hanya saja kurang beruntung :D . Saya pun semakin penasaran dengan karya sang pemenang dan saya sempatkan untuk mengirim posting ke Official Grup tersebut untuk menanyakan karya sang pemenang. Selang beberapa menit saya melihat ada salah satu member Grup yang memosting karya-karya yang masuk nominasi. Hasil karya tersebut ternyata diterbitkan pula di salah satu halaman majalah. Tapi yang saya lihat ada 7 nominasi, dan punya saya adalah salah satunya. Apakah ini benar? Karyaku masuk nominasi?


Langsung sepulang kerja pergi menuju toko buku terdekat untuk membeli majalah tersebut. Walau tak tercantum sebagai pemenang, tapi bisa menjadi nominasi saja sudah senang rasanya. Seperti ada kepuasan tersendiri ketika karya yang kita buat dapat terpampang di majalah berskala nasional dan dilihat oleh banyak orang. Semoga saja ini adalah sebuah awal untuk karya-karya lainnya yang pasti lebih baik.


Friday 7 February 2014

KOSONG

Kenapa sepi? Padahal di sini banyak orang. Hah, mungkin begitulah hidupku. Tak ada lagi patah hati atau kecewa karena sebuah perasaan yang disia-siakan, tapi semua itu justru membuatku merasa kesepian. Sensasi patah hati patut disyukuri oleh orang-orang yang merasakannya. Bahkan aku di sini rindu akan perasaan seperti itu. Rindu untuk merindukan seseorang. 

Mencari hal yang membuatku tetap bahagia dalam sebuah kesendirian. Setidaknya mendekatkan diri pada hal-hal baru yang belum pernah aku ketahui sebelumnya. Seperti ujian sedang menunggu di hadapanku. Seperti ada hal yang akan menentukan jalan ke depanku nantinnya.

Aku bersiap untuk semua itu. Menjadikan kesendirian ini sebagai hari-hari penuh makna dan tidak tersia-siakan. Bersamaan dengan itu berharap pula bahwa selalu ada orang-orang dengan semangat yang terus mengalir buatku mampu melalui semua ini.

Jika aku pernah berkata bahwa hidup itu untuk dijalani, maka kali ini aku akan menambahkan dalam kalimatku itu, "Hidup adalah untuk dijalani, bersamanya kita lakukan yang terbaik dan bersyukur akan semua yang Dia beri".

Benar. Tak akan ada penyesalan saat kita melakukan yang terbaik. Jika saat ini aku masih tertidur, maka aku akan bangun. Memijak kembali tanah yang kadang kurasa enggan karena panasnya pasir dan tajamnya kerikil. Setidaknya aku harus tahu bagaimana cara untuk bisa menjalani hidup yang kadang terasa sulit. Andaikan jalannya panas dan menyakitkan, bukankah kita bisa memakai alas kaki?

Hidup memang tak semudah itu, tapi jika kita berfikir bahwa masalah akan dapat dilalui, Insyaallah kita akan benar-benar dapat melaluinya. 

Mari, mengisi kekosongan hidup dengan berjuta hal positif yang mampu membangun diri. Memulai segalanya dengan baik, dan marilah mengupayakan yang terbaik menuju hidup yang lebih baik.

GITAR OH GITAR



Gitar. Bicara tentang alat musik yang satu itu, saya ingin berbagi cerita tentang saya yang sekarang sedang belajar untuk bermain alat musik petik tersebut. Sebenarnya pertama kali saya belajar gitar adalah sekitar lima tahun lalu, tepatnya saat saya duduk di kelas 9 SMP. Jujur saja sejak awal saya tidak pernah berfikir bahwa saya akan belajar untuk bermain gitar. Semua itu bisa dibilang karena terpaksa karena pada mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat materi yang membahas tentang musikalisasi puisi. Di dalam kelompok yang saya bentuk tidak ada yang bisa bermain gitar, jadi terpaksa saya harus mengejar waktu untuk belajar gitar. Dan dapat saya rasakan, bermain gitar itu teramat sulit. Dimulai dengan mengenal kunci-kunci gitar. Kunci C adalah kunci yang menurut saya paling mudah. Setelah itu disusul dengan beberapa kunci sederhana lainnya. Setelah selama beberapa hari menyesuaikan diri dengan setiap kunci yang saya pelajari, mulailah saya bersama teman-teman satu kelompok mencari lagu yang kuncinya sederhana dan mudah untuk pemula seperti saya.
Laskar Pelangi. Pilihan saya jatuh pada sebuah lagu yang saat itu memang sedang hits karena film yang sama. Kuncinya tak sulit karena hampir semuanya menggunakan kunci dasar. Tapi tetap saja, yang namanya pemula tidak akan bisa memainkan dengan sempurna. Sesekali nada yang keluar terdengar aneh dan tidak pas dengan irama lagunya. Tapi ya sudahlah. Sekitar dua minggu berlatih dan tibalah saatnya untuk penilaian. Saya tidak peduli berapa nilai yang diberikan, yang terpenting sudah maju dan semua itu terasa cukup untuk semuanya.
Selepas itu, saya jadi kecanduan untuk bermain gitar. Mulailah gitar di rumah yang semula terdiam tanpa ada yang menyentuk mulai saya mainkan hampir setiap hari. Melatih kunci-kunci lama dan belajar kunci-kunci baru.
Setelah Laskar Pelangi, lagu-lagu lain yang sering saya coba saat latihan gitar adalah lagu Heaven yang dipopulerkan oleh Brian Adam, disusul lagu-lagu kepunyaan Westlife “I Have A Dream” yang juga cukup mudah untuk dimainkan.
Akhirnya si gitar merk Yamaha milik kakak saya lebih sering dipakai oleh saya sendiri. Mencari kord gitar lagu-lagu populer dan terus bereksplorasi. Tanpa disadari, ujung jari yang dulu terasa sakit kini justru terlihat keras, mungkin biasa disebut sebagai kapalan. Memang rasanya tak nyaman, tapi hal ini membuat tangan jadi ‘kebal’ saat harus berrsentuhan dengan senar gitar yang kadang memberi bekas dan rasa sakit.
Dan beberapa film seperti “Suck Seed” contohnya memberi semangat untuk belajar gitar lagi dan lagi. Ditambah penyanyi penyanyi macam Taylor Swift yang juga membuat saya semakin geram ingin bisa bermain gitar.
Dan beberapa hari lalu saya melihat sebuah artikel di internet tentang “Bersahabat dengan Gitar”. Bahkan dalam artikel itu disebutkan bahwa gitar harus memiliki nama. Saya jadi teringat dengan film Suck Seed, dimana gitar milik Ern memiliki nama IPED. Lalu siapa nama gitar saya? Entahlah. Belum terfikirkan. Tapi saat ini saya ingin punya gitar akustik klasik berwarna pink. Pasti keren, dan terlihat manis. Setelah mencari-cari di internet, ada beberapa penjual gitar yang menjual gitar klasik, harganya cukup terjangkau tapi yang tersedia hanya ada warna putih. Jadi mungkin nanti saja, menunggu waktu yang tepat. Dan untuk gitar di rumah, dia sudah menjadi sahabatku. Tinggal mencari nama yang pas untuknya. Ya, begitulah. Hingga saat ini masih terus penasaran untuk menjadi seseorang yang bisa memegang gitar dan memainkan lagu-lagu bagus. That will be amazing…