Wednesday 30 October 2013

Impian dalam Mimpi

Sulit dipercaya. But it's happened. Semalam, sebelum tidur aku sempatkan untuk berdo'a. Setelahnya kusisipkan harapan kecil bersamaan denganku membaca Shalawat. "Ya Allah, aku rindu dia." Do'aku dalam hati sembari terus mengucap Shalawat.

Dan apa yang aku harapkan benar terjadi. Setidaknya aku bisa melihat dia dalam mimpi, sejak aku tertidur hingga bangun menjelang subuh. Dalam hati aku menerka, "Apakah dia mendapat mimpi yang sama?". Mimpi itu tak terlalu indah, bahkan aku tetap diacuhkan olehnya. Tapi itu cukup bagiku. Aku bersyukur, sedikit rindu ini terobati.

Tinggal menunggu, apakah Allah akan mengijinkan aku bertemu dengannya lagi atau sebatas dalam mimpi saja pengobat rindu itu.

Aku mencoba tersenyum. Semua adalah yang terbaik untukku.

Saturday 19 October 2013

Temukan Ruang Kita

Ada banyak hal yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Tentang sebuah keadaan, tentang alasan, dan bahkan tentang seseorang yang selalu kita lihat. Semua memang telah dipilah, ada hal-hal yang mungkin harus kita ketahui, dan ada pula hal-hal yang akan lebih baik untuk tidak kita ketahui. Tapi ternyata ada juga hal-hal yang akan kita ketahui, namun bukan untuk saat ini.

Dan saat ini aku melihat. Manusia memang tak selamanya seperti apa yang terlihat. Bahkan untuk seseorang yang telah begitu lama kita kenal. Terkadang, mereka ingin menyembunyikan sisi lain dari diri mereka dan menyimpannya untuk mereka sendiri. Ada banyak alasan kenapa mereka melakukan seperti itu. Mungkin karena mereka merasa nyaman dengan hal tersebut saat tak ada orang lain yang tahu.

Hari ini aku melihat. Seseorang yang kutahu begitu cemerlang dengan sikapnya yang menyenangkan dan 'jenius' bisa menampakkan rona wajah keputusasaan. Putus asa memang milik semua orang, tapi yang aku lihat kali ini sangat berbeda. Seolah dia sedang ingin melepas semua penat dan beban selama menjadi dirinya yang cemerlang.

Memang tak ada pilihan untuk jadi sempurna. Bahkan di tengah pasir yang halus pun kita masih bisa menjumpai kerikil tajam. Begitulah dengan hidup dan kepribadian manusia. Seperti juga aku. Aku merasa bisa menjadi diriku yang sebenarnya saat aku bisa berkumpul dengan mereka yang juga memiliki jalan pikiran yang sama denganku. Dan saat aku sendirian, maka aku akan bisa mencoba menuangkan apa yang tidak aku perlihatkan saat aku berbaur dengan banyak orang.

Aku kadang hanya bisa berkata 'ya' 'tidak' 'mungkin' dan kata-kata singkat lainnya. Atau aku hanya bisa ikut tertawa saat mereka bercanda. Aku merasa nyaman dengan hal tersebut, tapi aku merasa benar-benar mengenali diriku sendiri saat sedang berada di tengah kesunyian. Aku mungkin bisa merasakan takut, tapi aku berfikir bahwa ada orang lain di luar sana yang mungkin juga sendirian, sama seperti aku.

Bahkan saat kita sedang berada dalam kesulitan, seharusnya kita juga berfikir bahwa kita tak sendirian. Dunia ini begitu luas, dan mungkin saja di antara miliaran orang akan akan ada mereka yang sedang merasakan hal sama sepertimu.

Bukan sebuah kesalahan saat manusia mengeluh, mereka mungkin sedang jenuh, atau mungkin sedang lelah dengan segala apa yang terjadi dalam kehidupannya. Aku berharap, bahwa kita bersama-sama bisa menemukan diri kita sendiri untuk menjadi seseorang yang mampu mengisi kekosongan hati dengan hal-hal positif.

Tuesday 15 October 2013

Menyemangati Diri Sendiri

Kadang putus asa, kadang berfikir kita tak bisa, kemudian menyerah. Semua itu adalah awal dari kegagalan yang berujung pada penyesalan. Kenapa kita harus berfikir tak mampu saat kita belum mencoba? Kenapa kita takut terjatuh padahal kita belum melangkah?

Berfikir bahwa semuanya terlihat begitu menakutkan untuk dijalani, padahal kita sendiri belum tahu seperti apa rasanya ketakutan itu. Kita perlu belajar seperti apa rasanya ketakutan dan bagaimana cara menghadapinya.

Satu hal yang sulit dilakukan adalah bagaimana kita menaklukan apa yang kita takuti. Tak mau berjalan dan memilih bungkam tanpa kata. Kita tak percaya bahwa apa yang kita lakukan mungkin menjadi pendongkrak bagi yang lain. Kita tak pernah menduga, bahwa mungkin saja setiap ide dalam perkataan adalah angin segar untuk membawa perubahan positif.

Pemuda, seharusnya cenderung ingin mencoba. Mencoba menjadi lebih baik walau tak tahu nanti akan menjadi buah kebaikan atau justru kebalikan. Sudah seharusnya seorang pemuda berfikir bahwa dia harus bertindak, bukan terdiam di suatu tempat seperti parasit yang butuh tempat untuk bisa bertahan hidup tanpa berbuat apa-apa.

Pemuda itu kaya. Kaya dalam berfikir dan kreatif. Jangan bunuh masa muda kita dengan berfikir bahwa kita tak mampu. Semua keputus asaan itu membuat kita terlihat begitu renta, seperti telah menjadi orang tua di usia yang belia.

Kawan, kita semua tahu. Lingkungan ini butuh perubahan. Mereka butuh pemuda dengan semangat kehidupan yang berjaya. Para pemuda dengan langkah tegap penuh keyakinan bahwa kita mampu membawa lingkungan ini menjadi lebih baik.

Dulu kita adalah anak-anak kecil. Selalu mengharapkan lingkungan dan dunia yang mampu membuat kita ingin hidup selamanya. Andaikan kita belum bisa mendapat hal tersebut, maka inilah saatnya. Mari, bersama-sama kita beri satu tempat terindah untuk adik-adik tercinta.

Selamanya, mari menjadi muda. Muda untuk terus berkarya dan penuh semangat dalam jiwa demi perubahan besar bagi dunia.

Ketika Langkah Tersandung

Seseorang tak seutuhnya hidup dalam dunia nyata ini. Hampir semua manusia mempunyai dunia yang mereka sebut sebagai 'mimpi' atau 'impian. Dunia yang membuat mereka berangan-angan, dunia yang membuat seolah hanya dapat ditempat oleh mereka.

Aku pun begitu. Aku punya dunia di dalam pikiranku sendiri. Dunia yang hidup bersama ribuan keinginan yang tak tersampaikan hingga saat ini. I'm a dreamer. Begitulah. Tapi kaki ini tak selamanya mudah untuk dipijakkan ke depan. Aku yang kala itu tengah membawa secangkir penuh mimpi-mimpi kemudian tersandung. Jatuhlah cangkir itu, dan semua mimpi-mimpiku di dalamnya tumpah, bercecerah di atas jalanan penuh kerikil yang panas.

Aku berharap mimpi-mimpiki itu seperti batu yang dapat digenggam saat ia jatuh dari tempatku meletakkannya. Namun sungguh disayangkan, mimpi itu justru terasa seperti air. Saat ia jatuh, tumpah, maka akan sulit untuk kembali mendapatkannya.

Langkahku tak begitu jauh, baru sekian jarak yang kutempuh. Aku masih melihat ribuan tikungan, jutaan tanjakan bahkan jalanan penuh batu bara melintang luas di hadapan.

Saat langkahku tersandung, aku punya dua pilihan. Bangun dan kembali mengais mimpi-mimpi itu, atau terdiam begitu saja di tempat aku terjatuh selamanya. Pilihan ada di tangan kita, dan Allah akan memberi bantuan saat kita memintanya dengan kesungguhan.

Mari, menjadi pemimpi dengan semangat untuk meraihnya.

Nikmat Berlanjut

Barusan ngepos tentang daging kambing, barusan kedatangan daging sapi. Bijibun lagi. Alhamdulillah, memang mudah bagi Allah untuk memberikan rizki pada umatnya. Mau dibikin apa ya???

Bakso aja deh. Pasti enak. Hhhmmm... Besok juga di sekolah ada penyembelihan hewan kurban di sekolah. Wah, bakalan seru nih...

Kipas Kipas Rayakan Idul Adha

Wah, hari ini Idul Adha. Alhamdulillah, masih bisa merasakannya di tahun ini. Seperti biasa, aktivitas pagi hari di hari raya. Sholat Ied dan bersiap untuk menyaksikan momen pemotongan hewan kurban. Di sini ada 13 kambing yang dikurbankan tanpa ada sapi.

Sekitar jam setengah dua belas rumahku sudah kedatangan tiga bungkus daging kurban. Dua bungkus dari tetangga depan rumah dan dari tetangga lainnya. Satu bungkus dari masjid karena kakakku ikut membantu proses pembagian daging kurban. Tak lama setelah itu datang satu lagi jatah dari masjid. Dan ternyata daging kurban masih berdatangan, kali ini dari hasil penukaran kupon yang ibuku dapatkan kemarin dari salah satu temannya.


Saatnya mengolah daging kambing itu. Semuanya dibuat sate. Ya, seperti telah menjadi kewajiban, sajian sate kambing seolah menjadi satu hal yang paling diharapkan saat Idul Adha tiba. Aku, Bapak, Mama dan kakakku mulai memotong-motong daging kambing itu. Setelah siap dengan tusuk satenya, mulailah untuk membakar.


Kali ini Bapak yang berperan banyak. Kipas-kipas-kipas biar dagingnya matang. Dan itu pasti akan terasa enak. Lalu salah satu temanku datang. Mela. Aku bersama Mela mulai membuat sambal kecapnya. mengupas bawang merah, mencucinya bersama cabai rawit dan tomat. Kecapnya yang banyak, jadi tidak terlalu pedas.


Siap semua. Sate telah matang dari pembakaran. Sambal kecap siap bersama nasi putih yang hangat. Sajian pas untuk merayakan Idul Adha.

Betapa banyak nikmat yang Engkau berikan. Terimakasih, dan semoga kita masih bisa berjumpa dengan Idul Adha tahun depan. Aamiin.

Sunday 13 October 2013

Ketika 'Sabar' Menjadi Saksi

Berapa banyak cara yang sudah aku coba untuk mendapat apa yang aku inginkan? Banyak. Dan apa yang telah berlalu semuanya seperti sebuah kegagalan bagiku. Berapa kali aku mendaftar masuk Universitas? Mungkin sudah empat sampai lima kali. Ternyata aku cukup tangguh juga untuk bisa kembali mencoba setelah diterpa kegagalan berulang kali. Tapi pada percobaan terakhir aku pun mengalami kegagalan lagi. Aku tak terlalu suka menyebutnya sebagai kegagalan. Aku telah menegaskan sebelumnya. Itu bukan kegagalan, itu KEBERHASILAN YANG TERTUNDA. Ya. Itu lebih menyenangkan untuk didengar.

Terakhir kali aku mendaftar kuliah adalan di STAN. Wah, beberapa kali tidak lolos seleksi di Universitas tidak membuatku ragu untuk mencoba mendaftar di STAN. Jelas peluangnya kecil. Aku tahu itu. Tapi aku tak mau keinginanku hanya berhenti di batas 'ingin. Aku juga akan mencobanya. Dan aku menyadari bahwa aku tak bisa mempersiapkan tes tersebut dengan baik. Belajarku tak maksimal, dan ibadahku terbengkalai. Bahkan aku sering meninggalkan sholat. Tadarus pun jarang, dan sholawat kadang terlupakan. Itulah kebodohan yang jelas aku lakukaan. Aku menyesal. Aku tak keberatan jika pada akhirnya 'keberhasilan' begitu sulit aku temukan. Karena aku memang tak sungguh-sungguh dalam mencarinya.

Setidaknya aku tidak menangis saat tahu bahwa aku tidak lolos USM STAN. Satu hal yang membuatku takut adalah aku takut membuat kecewa keluargaku. Sungguh, tapi aku tak mau menyalahkan keadaan. Kalaupun ada yang bersalah, itu adalah aku. Dan aku tahu, selalu ada masa dimana aku bisa memperbaiki kesalahan tersebut.

Meski kadang terasa pahit dan membingungkan, tapi aku yakin bahwa seperti api yang hampir padam, selalu ada cara untuk kembali mengobarkan nyalanya. Aku tak boleh menyerah. Biar kadang terasa pahit, tapi aku harus bersabar. Biarlah oranglain berkata "Hana pengangguran." aku tak keberatan, karena masa itu aku memang tak bekerja sama sekali. Status yang cukup menyayat hati dan tidak terlihat keren. Aku juga tak mau menjadi seorang pengangguran, itu memberi tekanan batin untukku. Di usia yang produktif seharunya aku bisa berbuat banyak. Tidak hanya keluar masuk rumah tanpa ada tujuan. 

Baiklah. Aku harus berusaha. Aku tulis beberapa surat lamaran. Aku pergi ke setiap tempat yang mungkin mau menampungku untuk bisa berkarir. Aku tak sendirian. Ada kawan yang menemaniku, kawan yang juga sedang berusaha mengobarkan kembali nyala semangat hidupnya. Ya, kami ingin bisa berjuang bersama.

Namun Allah memang memberi jalan yang berbeda-beda pada setiap orang. Bahkan pada mereka yang selalu berjalan beriringan. Seperti anak kembar pun akhir kehidupannya tak selalu sama. Alhamdulillah Allah masih memberiku kesempatan untuk bisa mencoba pengalaman baru yang luar biasa, walau sedikit membuat mentalku teruji. Tepat tanggal 3 September 2013 jam setengah delapan aku mendapat SMS yang mengatas namakan Kepala SMP Negeri 1 Slawi. Aku memang telah mengirim surat lamaran ke situ, dan tak menyangka kalau aku mendapat panggilan. Jam 8 harus bisa datang ke sekolah. Aku yang kala itu belum mandi langsung bersiap diri.

Bersama Blacky, sepeda kopi susu yang aku beli beberapa waktu lalu kami menuju ke SMP-ku dulu. Sekarang tempatnya sedikit berubah. Bangunannya berlantai dua. Dan warna catnya sedikit lebih mencolok. Hijau. Itu salah satu warna kesukaanku.

Bertemu dengan guru-guru di masa lalu, sekarang menjadi rekan kerja. Tapi tetap saja, aku selalu menuakan mereka. Ya, mereka memang orang-orang yang telah membantuku sehingga aku berada di situ. Berstatus sebagai trainee tidak membuatku berkecil hati. Aku jalani saja. Aku kerjakan apapun pekerjaanku dengan sungguh-sungguh dan penuh keridhoan. Semoga Allah senantiasa memberi kemudahan terhadap apa yang aku lakukan.

Persiapan akreditasi. Hal yang membuatku mendadak jadi orang sibuk. Membantu Kepala Sekolah menyiapkan segala hal. Bersamaan dengan aktivitas itu, aku juga berusaha untuk memperkaya diri dengan segala hal positif. Sholat jangan terlewatkan, ditambah dengan sholawat. Diharapkan apa yang aku lakukan akan memberi dampat positif tersendiri buatku, buat oranglain juga. Terutama keluargaku.

Insyaallah, dengan kesabaran dan usaha, kita akan menemukan apa yang mungkin tidak kita inginkan atau tidak kita cari, tapi pada kenyataannya itu adalah apa yang terbaik bagi kita. Hadiah dari Allah atas segala kehendaknya. Beliau Maha Mengetahui apa-apa yang terbaik bagi umatnya. Memohon agar kita selalu diberi kesabaran dan dibukakan matanya untuk mau menerima apapun keputusan-Nya.