Gitar. Bicara
tentang alat musik yang satu itu, saya ingin berbagi cerita tentang saya yang
sekarang sedang belajar untuk bermain alat musik petik tersebut. Sebenarnya
pertama kali saya belajar gitar adalah sekitar lima tahun lalu, tepatnya saat
saya duduk di kelas 9 SMP. Jujur saja sejak awal saya tidak pernah berfikir
bahwa saya akan belajar untuk bermain gitar. Semua itu bisa dibilang karena
terpaksa karena pada mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat materi yang
membahas tentang musikalisasi puisi. Di dalam kelompok yang saya bentuk tidak
ada yang bisa bermain gitar, jadi terpaksa saya harus mengejar waktu untuk
belajar gitar. Dan dapat saya rasakan, bermain gitar itu teramat sulit. Dimulai
dengan mengenal kunci-kunci gitar. Kunci C adalah kunci yang menurut saya
paling mudah. Setelah itu disusul dengan beberapa kunci sederhana lainnya.
Setelah selama beberapa hari menyesuaikan diri dengan setiap kunci yang saya
pelajari, mulailah saya bersama teman-teman satu kelompok mencari lagu yang
kuncinya sederhana dan mudah untuk pemula seperti saya.
Laskar Pelangi.
Pilihan saya jatuh pada sebuah lagu yang saat itu memang sedang hits karena
film yang sama. Kuncinya tak sulit karena hampir semuanya menggunakan kunci
dasar. Tapi tetap saja, yang namanya pemula tidak akan bisa memainkan dengan
sempurna. Sesekali nada yang keluar terdengar aneh dan tidak pas dengan irama
lagunya. Tapi ya sudahlah. Sekitar dua minggu berlatih dan tibalah saatnya
untuk penilaian. Saya tidak peduli berapa nilai yang diberikan, yang terpenting
sudah maju dan semua itu terasa cukup untuk semuanya.
Selepas itu,
saya jadi kecanduan untuk bermain gitar. Mulailah gitar di rumah yang semula
terdiam tanpa ada yang menyentuk mulai saya mainkan hampir setiap hari. Melatih
kunci-kunci lama dan belajar kunci-kunci baru.
Setelah Laskar
Pelangi, lagu-lagu lain yang sering saya coba saat latihan gitar adalah lagu
Heaven yang dipopulerkan oleh Brian Adam, disusul lagu-lagu kepunyaan Westlife “I
Have A Dream” yang juga cukup mudah untuk dimainkan.
Akhirnya si
gitar merk Yamaha milik kakak saya lebih sering dipakai oleh saya sendiri. Mencari
kord gitar lagu-lagu populer dan terus bereksplorasi. Tanpa disadari, ujung
jari yang dulu terasa sakit kini justru terlihat keras, mungkin biasa disebut
sebagai kapalan. Memang rasanya tak nyaman, tapi hal ini membuat tangan jadi ‘kebal’
saat harus berrsentuhan dengan senar gitar yang kadang memberi bekas dan rasa
sakit.
Dan beberapa
film seperti “Suck Seed” contohnya memberi semangat untuk belajar gitar lagi
dan lagi. Ditambah penyanyi penyanyi macam Taylor Swift yang juga membuat saya
semakin geram ingin bisa bermain gitar.
Dan beberapa
hari lalu saya melihat sebuah artikel di internet tentang “Bersahabat dengan
Gitar”. Bahkan dalam artikel itu disebutkan bahwa gitar harus memiliki nama. Saya
jadi teringat dengan film Suck Seed, dimana gitar milik Ern memiliki nama IPED.
Lalu siapa nama gitar saya? Entahlah. Belum terfikirkan. Tapi saat ini saya
ingin punya gitar akustik klasik berwarna pink. Pasti keren, dan terlihat
manis. Setelah mencari-cari di internet, ada beberapa penjual gitar yang
menjual gitar klasik, harganya cukup terjangkau tapi yang tersedia hanya ada
warna putih. Jadi mungkin nanti saja, menunggu waktu yang tepat. Dan untuk
gitar di rumah, dia sudah menjadi sahabatku. Tinggal mencari nama yang pas
untuknya. Ya, begitulah. Hingga saat ini masih terus penasaran untuk menjadi
seseorang yang bisa memegang gitar dan memainkan lagu-lagu bagus. That will be
amazing…
No comments:
Post a Comment