Friday 7 February 2014

GITAR OH GITAR



Gitar. Bicara tentang alat musik yang satu itu, saya ingin berbagi cerita tentang saya yang sekarang sedang belajar untuk bermain alat musik petik tersebut. Sebenarnya pertama kali saya belajar gitar adalah sekitar lima tahun lalu, tepatnya saat saya duduk di kelas 9 SMP. Jujur saja sejak awal saya tidak pernah berfikir bahwa saya akan belajar untuk bermain gitar. Semua itu bisa dibilang karena terpaksa karena pada mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat materi yang membahas tentang musikalisasi puisi. Di dalam kelompok yang saya bentuk tidak ada yang bisa bermain gitar, jadi terpaksa saya harus mengejar waktu untuk belajar gitar. Dan dapat saya rasakan, bermain gitar itu teramat sulit. Dimulai dengan mengenal kunci-kunci gitar. Kunci C adalah kunci yang menurut saya paling mudah. Setelah itu disusul dengan beberapa kunci sederhana lainnya. Setelah selama beberapa hari menyesuaikan diri dengan setiap kunci yang saya pelajari, mulailah saya bersama teman-teman satu kelompok mencari lagu yang kuncinya sederhana dan mudah untuk pemula seperti saya.
Laskar Pelangi. Pilihan saya jatuh pada sebuah lagu yang saat itu memang sedang hits karena film yang sama. Kuncinya tak sulit karena hampir semuanya menggunakan kunci dasar. Tapi tetap saja, yang namanya pemula tidak akan bisa memainkan dengan sempurna. Sesekali nada yang keluar terdengar aneh dan tidak pas dengan irama lagunya. Tapi ya sudahlah. Sekitar dua minggu berlatih dan tibalah saatnya untuk penilaian. Saya tidak peduli berapa nilai yang diberikan, yang terpenting sudah maju dan semua itu terasa cukup untuk semuanya.
Selepas itu, saya jadi kecanduan untuk bermain gitar. Mulailah gitar di rumah yang semula terdiam tanpa ada yang menyentuk mulai saya mainkan hampir setiap hari. Melatih kunci-kunci lama dan belajar kunci-kunci baru.
Setelah Laskar Pelangi, lagu-lagu lain yang sering saya coba saat latihan gitar adalah lagu Heaven yang dipopulerkan oleh Brian Adam, disusul lagu-lagu kepunyaan Westlife “I Have A Dream” yang juga cukup mudah untuk dimainkan.
Akhirnya si gitar merk Yamaha milik kakak saya lebih sering dipakai oleh saya sendiri. Mencari kord gitar lagu-lagu populer dan terus bereksplorasi. Tanpa disadari, ujung jari yang dulu terasa sakit kini justru terlihat keras, mungkin biasa disebut sebagai kapalan. Memang rasanya tak nyaman, tapi hal ini membuat tangan jadi ‘kebal’ saat harus berrsentuhan dengan senar gitar yang kadang memberi bekas dan rasa sakit.
Dan beberapa film seperti “Suck Seed” contohnya memberi semangat untuk belajar gitar lagi dan lagi. Ditambah penyanyi penyanyi macam Taylor Swift yang juga membuat saya semakin geram ingin bisa bermain gitar.
Dan beberapa hari lalu saya melihat sebuah artikel di internet tentang “Bersahabat dengan Gitar”. Bahkan dalam artikel itu disebutkan bahwa gitar harus memiliki nama. Saya jadi teringat dengan film Suck Seed, dimana gitar milik Ern memiliki nama IPED. Lalu siapa nama gitar saya? Entahlah. Belum terfikirkan. Tapi saat ini saya ingin punya gitar akustik klasik berwarna pink. Pasti keren, dan terlihat manis. Setelah mencari-cari di internet, ada beberapa penjual gitar yang menjual gitar klasik, harganya cukup terjangkau tapi yang tersedia hanya ada warna putih. Jadi mungkin nanti saja, menunggu waktu yang tepat. Dan untuk gitar di rumah, dia sudah menjadi sahabatku. Tinggal mencari nama yang pas untuknya. Ya, begitulah. Hingga saat ini masih terus penasaran untuk menjadi seseorang yang bisa memegang gitar dan memainkan lagu-lagu bagus. That will be amazing…

No comments:

Post a Comment