Friday 26 September 2014

Aku Kini...

Hidup memang tak selamanya membuat kita nyaman. Ada masa dimana kita harus berperang dengan keadaan, dengan orang-orang sekitar, bahkan dengan diri sendiri. Ketika kita mencoba mencari satu sisi positif dari kesulitan yang kita dapat, kadang membuat keadaan menjadi begitu rumit dan saat itulah hati dan pikiran berperang.

Aku tak pernah tahu siapa dan bagaimana aku yang sebenarnya. Kadang aku kuat tapi kadang aku rapuh. Keadaan bisa membuatku yakin namun ketika masanya tiba aku kemudian menjadi pesimis. Kadang aku menyukai sesuatu yang menantang, tapi rasa takut tetap datang. Kadang aku menyukai kelembutan, namun di saat yang berbeda aku menyukai ketegasan. Ini semua menjadikan aku seperti bukan siapa siapa dan bukan apa apa.

Ketika aku berfikir bahwa aku tak mampu untuk berjalan sendiri, aku butuh orang-orang yang mampu membantuku berdiri, orang-orang yang selalu ada untuk menjadikan aku pribadi yang lebih baik. Orang-orang yang tidak akan pernah mengabaikanku dan membiarkanku terombang-ambing sendirian.

Ada banyak orang di sini. Dan beruntung ketika aku memiliki ikatan yang dekat dengan seseorang, menjadikan aku merasa nyaman, dan aku pun sudah menganggapnya sebagai bagian terpenting dalam hidupku. Tapi, satu persatu dari mereka pergi. Teman masa kecil dan teman sepermainan, sekarang pergi merantau. Saudara-saudaraku, di antara mereka telah berkeluarga, yang lain sibuk dengan kesibukan masing-masing tanpa ingat bahwa ada seorang adik di sini dan semua itu hanya meninggalkan aku sendirian dengan segala permasalahan yang semakin rumit.

Ada yang berfikir, mungkin ini adalah langkah untuk menjadi dewasa. Tapi, apakah harus sebegini sulit untuk menjadi orang dewasa? Bukankah katanya menjadi dewasa itu bukan berarti kehilangan masa-masa yang menyenangkan? Tapi kenapa dalam prosesnya harus serumit ini?

Jika memang aku bukan siapa-siapa, aku ingin ada seseorang yang menjadikan aku 'seseorang'. Jika aku memang buka apa-apa, aku ingin ada seseorang yang menjadikan aku 'sesuatu'. Aku tak bisa kalau harus mencari jati diri ini sendirian. Kalau ada sesuatu yang aku tak mengerti, aku harus bertanya pada siapa? Kepada siapa pula aku bisa mengadu? Bahkan, sedih seperti ini juga aku menangis sendirian. Siapa yang mau memberiku tisu atau sapu tangan? Pundak untukku bersandar juga tidak ada.

Allah, jika memang untuk menjadi dewasa begitu sulit, aku minta jika aku telah dewasa nanti jadikanlah aku orang dewasa yang mau peduli kepada orang yang sedang dalam tempatku saat ini. Jika aku menjadi dewasa nanti, aku ingin menjadi orang yang bisa membantu seseorang untuk bangkit dari rasa sedih dan keterpurukan. Aku ingin menjadi seseorang yang punya kemampuan membela kebenaran. Aku ingin menjadi orang yang pantang menyakiti hati seseorang. Aku ingin menjadi seseorang yang berarti bagi orang lain.

Allah, mampukah aku melewati semua ini? Apakah semua ini Kau berikan semata-mata karena Kau ingin menjadikanku pribadi yang lebih baik? Jika memang demikian, kumohon engkau untuk selalu ada menyertaiku, jadikan aku lebih  bijak dan lebih kuat untuk melalui proses penemuan jati diri ini.

No comments:

Post a Comment