Sunday 13 October 2013

Ketika 'Sabar' Menjadi Saksi

Berapa banyak cara yang sudah aku coba untuk mendapat apa yang aku inginkan? Banyak. Dan apa yang telah berlalu semuanya seperti sebuah kegagalan bagiku. Berapa kali aku mendaftar masuk Universitas? Mungkin sudah empat sampai lima kali. Ternyata aku cukup tangguh juga untuk bisa kembali mencoba setelah diterpa kegagalan berulang kali. Tapi pada percobaan terakhir aku pun mengalami kegagalan lagi. Aku tak terlalu suka menyebutnya sebagai kegagalan. Aku telah menegaskan sebelumnya. Itu bukan kegagalan, itu KEBERHASILAN YANG TERTUNDA. Ya. Itu lebih menyenangkan untuk didengar.

Terakhir kali aku mendaftar kuliah adalan di STAN. Wah, beberapa kali tidak lolos seleksi di Universitas tidak membuatku ragu untuk mencoba mendaftar di STAN. Jelas peluangnya kecil. Aku tahu itu. Tapi aku tak mau keinginanku hanya berhenti di batas 'ingin. Aku juga akan mencobanya. Dan aku menyadari bahwa aku tak bisa mempersiapkan tes tersebut dengan baik. Belajarku tak maksimal, dan ibadahku terbengkalai. Bahkan aku sering meninggalkan sholat. Tadarus pun jarang, dan sholawat kadang terlupakan. Itulah kebodohan yang jelas aku lakukaan. Aku menyesal. Aku tak keberatan jika pada akhirnya 'keberhasilan' begitu sulit aku temukan. Karena aku memang tak sungguh-sungguh dalam mencarinya.

Setidaknya aku tidak menangis saat tahu bahwa aku tidak lolos USM STAN. Satu hal yang membuatku takut adalah aku takut membuat kecewa keluargaku. Sungguh, tapi aku tak mau menyalahkan keadaan. Kalaupun ada yang bersalah, itu adalah aku. Dan aku tahu, selalu ada masa dimana aku bisa memperbaiki kesalahan tersebut.

Meski kadang terasa pahit dan membingungkan, tapi aku yakin bahwa seperti api yang hampir padam, selalu ada cara untuk kembali mengobarkan nyalanya. Aku tak boleh menyerah. Biar kadang terasa pahit, tapi aku harus bersabar. Biarlah oranglain berkata "Hana pengangguran." aku tak keberatan, karena masa itu aku memang tak bekerja sama sekali. Status yang cukup menyayat hati dan tidak terlihat keren. Aku juga tak mau menjadi seorang pengangguran, itu memberi tekanan batin untukku. Di usia yang produktif seharunya aku bisa berbuat banyak. Tidak hanya keluar masuk rumah tanpa ada tujuan. 

Baiklah. Aku harus berusaha. Aku tulis beberapa surat lamaran. Aku pergi ke setiap tempat yang mungkin mau menampungku untuk bisa berkarir. Aku tak sendirian. Ada kawan yang menemaniku, kawan yang juga sedang berusaha mengobarkan kembali nyala semangat hidupnya. Ya, kami ingin bisa berjuang bersama.

Namun Allah memang memberi jalan yang berbeda-beda pada setiap orang. Bahkan pada mereka yang selalu berjalan beriringan. Seperti anak kembar pun akhir kehidupannya tak selalu sama. Alhamdulillah Allah masih memberiku kesempatan untuk bisa mencoba pengalaman baru yang luar biasa, walau sedikit membuat mentalku teruji. Tepat tanggal 3 September 2013 jam setengah delapan aku mendapat SMS yang mengatas namakan Kepala SMP Negeri 1 Slawi. Aku memang telah mengirim surat lamaran ke situ, dan tak menyangka kalau aku mendapat panggilan. Jam 8 harus bisa datang ke sekolah. Aku yang kala itu belum mandi langsung bersiap diri.

Bersama Blacky, sepeda kopi susu yang aku beli beberapa waktu lalu kami menuju ke SMP-ku dulu. Sekarang tempatnya sedikit berubah. Bangunannya berlantai dua. Dan warna catnya sedikit lebih mencolok. Hijau. Itu salah satu warna kesukaanku.

Bertemu dengan guru-guru di masa lalu, sekarang menjadi rekan kerja. Tapi tetap saja, aku selalu menuakan mereka. Ya, mereka memang orang-orang yang telah membantuku sehingga aku berada di situ. Berstatus sebagai trainee tidak membuatku berkecil hati. Aku jalani saja. Aku kerjakan apapun pekerjaanku dengan sungguh-sungguh dan penuh keridhoan. Semoga Allah senantiasa memberi kemudahan terhadap apa yang aku lakukan.

Persiapan akreditasi. Hal yang membuatku mendadak jadi orang sibuk. Membantu Kepala Sekolah menyiapkan segala hal. Bersamaan dengan aktivitas itu, aku juga berusaha untuk memperkaya diri dengan segala hal positif. Sholat jangan terlewatkan, ditambah dengan sholawat. Diharapkan apa yang aku lakukan akan memberi dampat positif tersendiri buatku, buat oranglain juga. Terutama keluargaku.

Insyaallah, dengan kesabaran dan usaha, kita akan menemukan apa yang mungkin tidak kita inginkan atau tidak kita cari, tapi pada kenyataannya itu adalah apa yang terbaik bagi kita. Hadiah dari Allah atas segala kehendaknya. Beliau Maha Mengetahui apa-apa yang terbaik bagi umatnya. Memohon agar kita selalu diberi kesabaran dan dibukakan matanya untuk mau menerima apapun keputusan-Nya.

No comments:

Post a Comment