Monday 5 November 2012

Cita-Citaku = Menemukan Jalan yang Tepat Bagiku

Kalau ditanya cita-cita, dalam hati sebenarnya aku punya banyak sekali cita-cita. Mulai dari cita-cita di masa kecil, yaitu ingin menjadi guru Bahasa Inggris. Lalu seiring berjalannya waktu aku punya cita-cita untuk jadi penulis (sejak hobi menulisku timbul di kelas 6 SD). Selang beberapa waktu, aku ingin menjadi guru Matematika, karena aku memang cukup menikmat pelajaran tersebut selama masa sekolahku. Ya, saat aku memikirkan semua itu, aku masih duduk di bangku SMP, semuanya masih nampak seperti sebuah angan-angan.

Aku tidak masuk SMA, tapi SMK. Jurusan Akuntansi tepatnya. Jujur, aku sedikit kualahan saat harus mengimbangi guru dalam pelajran tersebut. Aku harus mengikuti remidial sampai dua kali dalam satu bab pelajaran, bukankah itu hal yang cukup memalukan? Itu baru penyesuaian, aku pikir.

Ternyata aku menyukai pelajaran lain dibandingkan Akuntansi. Aku menyukai pelajaran komputer dan Bahasa Inggris. Hal itu juga membuatku bingung. Mungkin aku akan jadi guru Komputer saja. Karena belajar komputer itu lebih terlihat seperti bermain komputer - menyenangkan. Tapi aku juga menyukai Bahasa Inggris, walaupun bahasa inggrisku sedikit kacau. Tapi belajar bisa sambil berjalan.

Pada suatu hari, ada pelajaran seni rupa. Saatnya menggambar. Aku juga menyukai menggambar. Walaupun gambarku tidak terlalu bagus dan terlihat seperti seorang amatiran, tapi aku pernah membuat gambar terbaik saat kelas 5 SD di sekolah. Bahkan saat SMP aku pernah ditawari untuk mengikuti lomba melukis, tapi karena aku benar-benar masih awam dengan duni seni rupa, aku menolaknya (dan sekarang menyesal. betapa bodohnya aku).

Jadi pelukis juga sepertinya menyenangkan. Melihat objek, mengamatinya, kemudian mengabadikannya di atas kanvas. Aku ingin jadi pelukis. Dan aku selalu menikmati masa-masa saat pelajaran seni rupa berlangsung. Aku ingat sekali, waktu itu aku menggambar matahari terbenam di laut. kuning, jingga dan merah. Hanya ada 3 warna itu di atas kertas gambarku, dan guru seniku bilang "warnanya cukup membara dan sedikit panas". Aku tidak tahu itu sebuah pujian atau apa. Tapi aku merasa senang bisa menggambar apa yang ada di dalam pikiranku saat itu.

Saat kelas 1 SMK, aku pernah melakukan sedikit perjalanan ke sebuah bukit. Aku abadikan setiap momennya. Mulai dari pemandangan, jalan setapak, pepadian dan semua yang aku lewati. Setelah dilihat, hasil jepretan kamera HPku lumayan bagus. Wahh... menyenangkan kalau bisa jadi fotografer. Setiap momen akan diabadikan. Andai aku punya kamera profesional. Mungkin mulai sekarang harus berhemat untuk membelinya.

Begitu kelas 3 SMK, menjelang kelulusan, aku mendapat kesempatan untuk mengikuti seleksi beasiswa kuliah di PTN. Aku bingung sekali saat harus memilih jurusan yang akan diambil. Sebagian besar teman-teman dikelasku mengambil jurusan Akuntansi, dan aku tidak tertarik dengan jurusan yang satu itu. Akhirnya jurusan Akuntansi aku hapus dari daftar yang aku cadangkan. Sekarang tinggal dua pilihan. Bahasa Inggris dan TIK (Komputer). Itu adalah dua jurusan yang cukup membuatku tertarik selama bersekolah. Aku sudah tidak tertarik lagi pada matematika, karena di semester akhir aku sering mengalami kesulitan untuk bab yang cukup rumit.

Keputusan sudah final. Aku mengambil jurusan Bahasa Inggris. Dan hasilnya.... Aku tidak lolos. Menyesal, terpukul dan sedih. Semua temanku yang mengambil jurusan Akuntansi dapat diterima. Sekarang aku menyesal, "kenapa tidak mengambil jurusan akutansi?". Cukup lama meratapi hal tersebut. Tapi aku sadar bahwa aku tidak boleh menyerah sampai di situ. Akhirnya aku mengikuti jalur tertulis. Dengan berat hati dan keterpaksaan aku mengambil jurusan Akuntansi. Mungkin dengan masuk jurusan Akuntansi aku bisa menjadi seorang pegawai Bank. Pasti menyenangkan. Dan hasilanya.... Aku tidak lolos lagi. Untuk yang kedua kalinya.

Tidak apa. Jangan menyerah!!! Masih ada STAN. Aku menunggu pendaftaran STAN dimulai. Karena aku juga bercita-cita untuk bisa bekerja di kantor pajak. Dan setelah ditunggu.... STAN tidak buka pendaftaran tahun ini. Hatiku semakin terpukul.

Tidak ada cara lain. Aku tidak bisa kuliah tahun ini. Aku mulai berfikir, "mau jadi apa aku nanti? apa yang bisa aku andalkan untuk masa depanku?".

Hampir empat bulan aku di rumah. Tidak ada kegiatan selain blogging, FBan dan menulis novel. Akhirnya aku putuskan untuk menjadi seorang penulis saja. Aku sudah punya 2 naskah novel waktu itu. Lalu aku menulis satu naskah lagi dengan halaman yang cukup banyak. Dan sekarang sudah selesai. 3 naskah novel siap untuk dikirim. Aku benar-benar membulatkan diriku untuk menjadi seorang penulis. Aku kirim salah satu novelku, ternyata halamannya masih kurang. Tak apa. Aku sekarang mencoba untuk menambah halamannya agar memenuhi 45.000 kata.

Semuanya menggantung. Begitu banyak cita-cita di dalam benakku. Jadi, setiap ada orang yang bertanya "kamu ingin jadi apa?" tentu aku tidak akan menjawab "aku ingin jadi dokter" - seperti anak TK. Aku akan diam. Berfikir sejenak dan berkata "aku masih bingung." Tapi mulai sekarang aku tidak akan terjebak dalam hari-hari yang membingungkan. Aku akan memfokuskan diri untuk bisa menjadi seorang "penulis". Karena aku merasa, menulis mampu membantuku berekspresi tentang apa yang ada di dalam pikiranku. Bahkan aku bisa meluapkan segala emosi di dalamnya. Senang, sedih, marah, kecewa. Semuanya bisa aku ungkapkan di situ.

Jadi, cita-citaku sekarang adalah "Menemukan jalan yang tepat bagiku". Karena aku ingin, saat aku bisa mencapai  suatu hal, aku ingin bisa membahagiakan orang-orang di sekitarku.

No comments:

Post a Comment