Saturday 14 July 2012

Kucingku ....

Sebenarnya aku nggak punya niat buat cerita tentang kucingku. Tapi barusan aja kucingku bikin ulah lagi. Ibuku dibuat kesal gara-gara salah satu kucingku naik ke atas tempat tidur. Hwaaa.... padahal itu kucing udah dididik sebisa mungkin. Tapi masih juga bandel.

Kalau mau cerita tentang kucingku, udah nggak kehitung berapa jumlahnya. Udah puluhan. Awalnya sih cuma ada satu. Dia kucing dewasa. Tapi udah beberapa kali melahirkan. Setiap melahirkan jumlahnya pasti lima. Kalau nggak salah, kucing itu udah empat kali melahirkan. Kalau dihitung berarti jumlah anaknya 20. Tapi dari 20 anak, sekarang tinggal 2.

Begini ceritanya ...

Pertama melahirkan, kucingku punya anak 5. Yang 4 hidup, tapi yang 1 mati. Huhuhu... sedih. Kucingku melahirkan tepat hari Jum'at Kliwon loh... Wuuiihhh,,,, serem. Tapi kucingnya imut-imut banget. Semakin besar, kucingku makin lucu aja. Sampe akhirnya kucingku hilang satu per satu. Dan tersisa 1. Kebetulan kucing itu cowok (kaya yang Ibuku mau). Akhirnya aku pelihara itu kucing. Aku mandiin sebulan sekali. Dia kucing penurut. Makannya nggak neko-neko. Dikasih tempe goreng aja dia mau. Tapi entah kenapa, tiba-tiba kucingku mati. Kayanya dia keracunan. Muntah-muntah gitu. Akhirnya dia mati. Aku nangis seharian. Gimana enggak? Dia kucing yang imut banget, dan udah lumayan lama aku pelihara dia. Bahkan sejak lahir.

Selang beberapa bulan, induk kucingku melahirkan lagi. Jumlah anaknya 5, tapi yang 1 mati lagi. Mungkin emang begitu takdirnya. Aku berdo'a, semoga dengan kucing ini aku bisa melupakan kucing loreng hitamku yang dulu. Nggak disangka, ternyata anak kucing yang kali ini benar-benar nakal. Dia suka ngambil makanan di meja, padahal aku udah ngasih dia makan. Dengan berat hati, akhirnya setelah kucing itu cukup besar, Bapakku membawa kucing itu untuk di buang. Tapi tidak sembarang di buang. Kucing itu di buang di dekat rumah sakit, karena di situ ada banyak makanan. Akhirnya aku nggak punya kucing lagi.

Beberapa waktu yang lalu Ibuku pergi ke rumah sakit di mana Bapakku membuang kucing-kucing itu. Sekarang mereka sudah besar-besar. Ibuku kasihan dengan kucing-kucing itu, akhirnya dia membeli nasi bungkus dengan lauk ikan dan memberinya kepada kucing-kucing yang dulu sempat di buang dari rumahku.

Tak beberapa lama lagi, induk kucingku melahirkan lagi (dia melahirkan terus). Anaknya 5, mati dua. Aku pelihara. Mereka nurut banget. Apalagi kalo urusan makan. Nggak usah pake ikan, cukup nasi aja mereka mau. Setelah mereka cukup besar, sekitar empat bulan, aku mulai jarang lihat kucing-kucing itu. Pas aku tanya tetanggaku, ternyata kucing-kucingku + induknya di buang. Aku langsung nangis. Kok bisa???

Keluargaku semuanya merasa kehilangan, pasalnya kucing itu (terutama induknya) udah biasa jalan-jalan keluar masuk rumah. Jadi rasanya beda aja kalo nggak ada dia. Akhirnya Bapakku pergi ke pasar (katanya kucingku di buang di situ) buat nyari tuh kucing. Tapi nggak ketemu.

Setelah beberapa hari, induk kucingku tiba-tiba ada di rumah. Seisi rumah dibuat kaget. Kasihan banget induk kucingku. Jarak dari pasar sampai rumah itu nggak dekat. Untunglah dia bisa pulang. Akhirnya langsung aku buatkan makanan, nasi campur ikan. Dia lahap banget makanny. Tapi sayang, dia pulang nggak sama anak-anaknya. Mungkin mereka terpencar, jadi tidak bisa pulang bersama.

Kucingku dengan 5 anak hidup semua

Nah, ini dia yang terakhir. Induk kucingku ngelahirin lagi. Anaknya 5 hidup semua. Tapi baru beberapa hari ada 1 yang mati, lalu satu lagi mati (gara-gara kedinginan, soalnya cuaca waktu itu hujan terus). Sekarang tinggal 2. 1 warna coklat, 2 warna campuran (3 warna). Selah mereka cukup besar, satu kucingku yang 3 warna mati tertabrak motor. Darahnya sampai ke tembok. Akhirnya tinggal 2, dan mereka masih hidup, tinggal di rumahku. Mereka perlu di ajari sedikit sikap. Yang penting jangan masuk tempat ibadah, jangan masuk kamar, jangan naik meja, dan jangan mencuri makanan.


No comments:

Post a Comment